Kamis, 23 Januari 2014

Amazing Trip Part #4 : Bromo, Sang Magis Yang Memberi Kehidupan



27 October 2013 - Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Siapa yang tidak kenal Gunung Bromo? Pasti tau donk ya. Apalagi buat para traveler, Gunung Bromo sudah pasti masuk dalam bucket list yang kudu harus didatangi. Pamornya ga hanya di dalam negeri tapi juga terkenal di kalangan backpacker dan wisatawan asing. Buatku sendiri, perjalanan ke Bromo ini bukan pertama kalinya. Ini adalah kedatangan kedua yang tiba-tiba aja masuk dalam Itinerary trip Jawa Timur. 

Masih ingat dulu, betapa exciting nya waktu itu bisa melihat sunrise langsung dari Gunung Pananjakan. Bukan masalah sunrise-nya, toh kita bisa melihat matahari terbit darimana aja, tapi soal view yang ada di depan mata ketika bumi sedikit demi sedikit terpapar cahaya mentari. Speechless, Awesome, Super Cool. Lukisan pagi yang indah dari Sang Mahakarya. 

Gunung Bromo dengan kepulan asapnya dari dalam kawah yang masih aktif, Gunung Semeru dengan angkuh berdiri sebagai Atap tertinggi di Tanah Jawa yang juga dengan asap vulkanik yang keluar tiap 15 menit sekali. Gunung Batok yang terdiam tanpa aktifitas, menjadi saksi bisu hilir mudiknya jeep-jeep yang melewati Lautan Pasir. Dan kabut yang masih asyik menyelimuti perbukitan di sekitar Bromo dan desa Cemoro Lawang yang terdekat.  Semua menyatu dalam sebuah bingkai harmoni alam yang menyihir setiap mata yang memandang. 

Foto 2008 - Gimana ? Bentangan Alam yang Membuat Terpukau Kan..
Berhubung Spot dari Gunung Penanjakan ini sangat favorit, otomatis kita akan saingan sama banyak orang pada waktu diatas. Jangan kaget kalau sampe atas baru jam 3 atau 4 pagi, langit juga masih gelap banget tapi uda penuh dengan pengunjung lain. Sepertinya orang-orang rela banget datang dini hari demi mendapatkan tempat strategis untuk menikmati dan mengabadikan sunrise. 
Foto 2008 - Orang-Orang Sibuk Mengabadikan Sunrise yang Baru Nampak. 
Foto 2008 - Mejeng dulu di Bukit Penanjakan. 
Nah, karena kali ini Bromo secara mendadak masuk dalam itinerary jadi kami ga akan keburu bisa mengejar sunrise di Penanjakan. Dari Jember aja baru jalan jam 2 pagi dan sampai di Cemoro Lawang sudah jam 5-an pagi. Belum lagi kami harus cari penyewaan Jeep. Hanya Jeep 4wd yang diperbolehkan melewati lautan pasir. Selain sudah kesepakatan dan peraturan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini, memang Jeep 4WD yang paling mumpuni mengarungi jalanan berpasir dan trek yang menanjak meliuk-liuk dan tikungan ekstrim ditengah jalanan yang tidak biasa. Walau kadang banyak juga yang masih nekat menggunakan motor. 

Memasuki kawasan Taman Nasional dari desa Cemoro Lawang kami membayar tiket masuk sebesar 10ribu/orang dan 6 ribu untuk kendaraan. Desa Cemoro Lawang sudah menjadi desa yang melek dengan parawisata. Disini dengan mudah kita bisa menemukan homestay, hotel, warung makan dan operator tour yang menawarkan paket wisata Penanjakan - Bromo - Bukit Teletubis - Pasir Berbisik. 

Dengan ketinggian 2.217 mdpl, Uda jam 5an pagi Cemoro Lawang masih dingin banget. Jangan main-main sama dinginnya Cemoro Lawang, rasa dingin rasanya menyebar rata walaupun lagi di dalam kamar. Jadi siapkan kostum yang proper kalau ga mau menggigil dalam kebekuan ;) 
Pukul 5.30, Lautan Pasir masih dinaungi oleh Kabut, diambil dari Desa Cemoro Lawang
Nice View dari Desa Cemoro Lawang, Sebenarnya dari sini bisa kelihatan 3 Gunung sekaligus, Gunung Batok, Gunung Bromo dan Gunung Semeru, cuma Semeru lagi ketutupan awan. 
Oh ya, jangan asal percaya kalau pas di Bromo ditakut-takuti akan kehabisan jeep. Banyak sekali jeep yang bisa disewa bahkan untuk kami yang on the spot pas sampai sudah jam 5an tapi masih mudah menemukan jeep sewaan. Kisaran harga sewaan sekitar 300rb-400rb. Tapi kami dapatnya 450rb, ya karena udah agak siang jadi uda malas untuk mencari pembanding. 1 Jeep bisa maksimal mengangkut 6 orang. 2 Jeep dengan warna ijo dan merah menjadi pilihan kami. Aku memilih berada di Jeep warna merah, biar lebih colorful kalau mau foto-foto haha. Jeep kami Langsung melaju membelah Lautan Pasir nan luas menuju Kawah Bromo.

Ciri Khas Bromo, Lautan Pasir, Kuda dan Jeep
Narsis dulu sebelum nanjak…2 Jeep yang kami sewa, masih terawat dengan baik, padahal keluaran tahun 82, lebih tua dari aku malah :p Keren Yak dan Macho banget nih Jeep. 
Bromo tidak seperti dulu. Terakhir kesini tahun 2008 kendaraan baik mobil jeep maupun motor hanya boleh parkir agak jauh dari kawah bahkan sebelum pura. Jadi kita perlu berjalan kaki atau menaiki kuda yang banyak berkeliaran disekitar parkiran. Tapi kunjungan kali ini, motor boleh masuk hampir mendekati kawah dan banyak warung-warung pinggiran di sekitar jalur mendekati kawah. 
Batas Parkir Jeep, Gunung Bromo kelihatan dekat, tapi itu masih perlu 1.5KM baru sampai atas Kawah.
Kebayang ga semrawut nya seperti apa? Yang agak mengganggu itu motor sih, mereka menciptakan debu pasir bertebangan lebih banyak di udara. Warung-warung yang sudah mulai banyak juga agak membuat wajah Bromo tidak se eksotis dulu. Walaupun memang sih, pas haus pas kelaparan pada waktu turun dari Kawah, kita bisa ngaso bentar sebelum lanjut melewati lautan pasir menuju parkiran. 

Langit begitu bersih pagi ini, awan tipis juga masih anteng terbang rendah dekat dengan deretan bukit-bukit. Gunung Batok masih dengan setia menyambut para pengunjung dari depan. Yup, gunung pertama yang bisa kami ajak berfoto bersama sambil menepis kebosanan berjalan kaki yang masih perlu kira-kira 1.5 KM untuk sampai di atas Kawah Gunung Bromo.
Cheers..Masih Semangat 45 untuk Trekking ke atas, betis melocot abis trekking dari Ijen dilupakan sejenak :D
Gunung Batok buatku sangat fotogenik ditengah padang pasir ini, berbalut rerumputan hijau kekuningan, sekeliling badan gunung penuh guratan yang entah bagaimana secara alami bisa rapi terbentuk seperti itu. Gunung Batok hanya untuk dipandang dan dikagumi, tidak ada jalur trekking untuk naik ke puncak gunung ini. 

Di Tengah Padang Pasir dan dibawah kaki Gunung Bromo, menyendiri sunyi Pura Luhur Poten yang biasanya digunakan oleh Suku Tengger untuk ritual pemujaan seperti Upacara Yadya Kasada/Kasado yang sangat terkenal. Kita bisa datang pada bulan kesepuluh hari ke 14 dalam penanggalan Jawa untuk melihat upacara persembahan hasil bumi dan ternak yang dilempar ke dalam Kawah Bromo. 
Pura Luhur Poten, dilihat dari atas Gunung Bromo
Begitulah umat Hindu, selalu punya cara tersendiri mengekspresikan rasa syukur. Menjalin hubungan khusus dengan Hyang Widhi dengan cara yang sakral dan penuh misteri. Selalu berusaha menjaga harmoni dengan gunung berapi, karena mereka percaya bahwa Gunung adalah tempat bersemayamnya para Dewa. Diam-diam aku sepertinya mengagumi kepercayaan mereka. Kaum minoritas yang masih berpegang teguh pada adat, budaya dan kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun. Seperti hal nya kalau mampir ke Bali, budaya dan ritual Hindu sangat kuat ada di setiap sudut. 

Yang biasa naik gunung, trek naik ke Kawah Bromo sih ga ada apa-apanya, tapi kalau dengan betis yang masih pegel, bikin ngosh-ngoshan. Trek berpasir bikin langkah ku juga kepayahan, udah gitu banyak ranjau eek nya kuda yang harus dihindari haha plus sibuk menjaga paru-paru agar tidak terlalu menghirup debu pasir vulkanik yang terbang dari langkah kaki pengunjung maupun hentakan kaki kuda. So, jangan lupa lengkapi diri dengan masker. 

Berdebu….Siapkan Masker

Klimaksnya, 250 anak tangga (katanya sih, mana sempat mau ngitung, napas aja tersengal-sengal) menjulang tinggi dengan kemiringan 45 derajat. Minta ditaklukan dulu sebelum kita bisa menikmati pemandangan indah khas Gunung Bromo. Bagi yang takut ketinggian, deretan anak tangga ini pasti bikin kaki gemetaran dan ga berani lihat ke belakang. Trus, kalau turun gimana? kan mesti lihat ke bawah. Nah hilangkan dulu rasa takutnya hahaha. 

My Genk di Trip ini...
Bukannya nakutin sih, tapi asli, pas ada diatas deretan tangga ini kita hampir berada di ketinggian 2,392 mdpl. Hampir tiap pijakan penuh dengan pasir vulkanik yang entah terbawa sama langkah para pengunjung atau dari material yang terlempar ketika bromo sempat erupsi beberapa waktu lalu. Jadinya tangga agak licin. 

Tinggi kan?? Bikin Lutut Gemetaran ?? ;)
Beberapa dari kami sepertinya sangat bersemangat, mereka sudah sampai duluan diatas. Yang lain termasuk aku, masih mengatur napas di pinggir tangga dan memompa semangat bahwa perjuangan tinggal sebentar lagi :) Setelah berjuang menaiki ratusan anak tangga, himpit-himpitan dengan manusia lainnya, akhirnya dapat menikmati suguhan landscape Tengger Bromo Semeru dari atas. Luas, Lautan pasir seperti dalam kubangan yang dikelilingi oleh dinding-dinding perbukitan nan hijau dan bertekstur. Sesekali angin membiarkan kami mencium bau belerang khas gunung berapi aktif. Ada pagar pembatas di bibir Kawah untuk menjaga ruang gerak pengunjung agar tidak terjatuh ke dalam Kawah.
Inilah Pemandangan yang bisa kita "cicipi" dari atas
Kawah Bromo yang masih asyik ngepul..Status : Normal
Gunung Batok dan Tangga Bromo
Jeep dengan Butiran Debu nya di Lautan Pasir
Jeep Warna-Warni di Parkiran
Pengunjung yang agak badung seperti kami ini hehe, agak melipir ke sebelah kanan yang tidak ada pagar pembatasnya. Menjadikan spot ini agak lebih menantang dan menggoda untuk berfoto ria mengabadikan jejak perjalanan. Berhubung sedikit berbahaya karena pijakan nya sempit, fotopun harus antri satu persatu haha. Niat bener.
Badung nih, sudah diluar jalur aman..Ngantri foto duluuu :D
"Damn, I Love Indonesia"

Diatas Puncak Bromo ini pijakannya ga lebar, cenderung sempit dan terbatas. Tapi yang ngumpul diatas ini ramai banget. Ehm, sempat berimajinasi gimana kalau tiba-tiba tanah ini tidak kuat menopang beban manusia. Makanya, kalau sudah puas menikmati panorama dari atas, giliran ama yang lain biar mereka bisa naik dan ga pada numpuk diatas semua. 
See, Rame bukan orang-orang yang mengelilingi pinggir kawah...
Menikmati Kawah Bromo memang lebih pagi lebih baik. Kalau sudah jam 7an keatas, jadi mengantri baik mau naik maupun turun. Udah ga nyaman karena udara penuh debu. Beberapa pengunjung malah nekat membuat jalur naik dan turun sendiri, di jalur berpasir disamping anak tangga. Jangan ditiru, karena lebih berbahaya kalau terpleset dan mengganggu orang lain karena debu dari langkah kaki apalagi pas mereka turun dengan cepat.
Ngantri yang rapi yaa…:D *kek antri sembako gratis
Nah..pada ngumpul tuh kuda-kuda ama manusia untuk antri naik keatas, debu semakin menjadi-jadi
Wangi semerbak Indomie dari warung-warung dipinggir, menggoda kami untuk mampir mencicipi sarapan yang sama. Yah memang ada untungnya juga sih ada warung-warung kecil seperti ini, lebih cantik lagi kalau bisa diatur lebih rapi. Seninya makan indomie disini, rasanya jadi lebih enak karena bumbunya bertambah, rasanya jadi kreyes-kreyes di gigi hahaha…kecampur butiran pasir yang melayang mampir di mangkok ;)

Oh oh ceritanya udah panjang, belum juga cerita pas lagi di Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik hehe. Bercerita tentang Bromo memang kata-kata tidak akan cukup melukiskan indahnya salah satu tanah para Dewa ini. Masyarakatnya, budayanya, alamnya, semua saling menjaga agar tanah leluhur ini bisa tetap memberi kehidupan sampai pada anak cucu mereka. 

Lain waktu, aku akan kembali lagi ke tanah ini, tanah dengan alamnya yang selalu keren dan ga ngebosanin. Kalau dulu pertama kali ke Bromo hanya menginap satu malam karena bagian dari trip trekking Gunung Semeru, kali ini juga tidak menginap karena 1 hari langsung ngebut ke banyak obyek wisata. Nanti, aku akan sempatkan waktu bisa menginap 2 malam disini, lebih santai dan bisa berbaur dengan masyarakat disekitar. It's future plan, finger crossed ;)

2 komentar:

  1. sis dikau bawa lensa apa buat hunting fotonya ?? hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo sis/bro, pake kamera D90 18-105mm :) thanks sdh mampir n comment yo

      Hapus

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...