Senin, 30 Desember 2013

Amazing Trip Part #3 : Jember, Pesisir Selatan Yang Tidak Kalah Indah

Baru hari kedua dan Jember akan menjadi kota ketiga yang kami singgahi. Perjalanan yang sarat dengan schedule padat dan destinasi yang berpindah-pindah kota yak :) dan aku pun udah kangen sama empuknya kasur secara semalam langsung trekking ke Kawah Ijen. Kadang kalau lagi liburan ala backpacker gini, malah sering nya jadi kurang tidur. Hebatnya, walau kurang tidur tapi tubuh cepat banget belajar menyesuaikan keadaan untuk tetap ON biarpun sedang diforsir. Mungkin karena tubuh berhasil ditipu oleh hati dan pikiran yang lagi Happy.

Dari omongan dan keinginan iseng beberapa teman-teman, akhirnya terjadi kesepakatan akan sekalian mampir ke Bromo dulu baru kemudian kami balik ke Surabaya. Yang artinya juga malam ini hanya bisa tidur sebentar di Jember dan jam 2 pagi akan lanjut lagi ke Bromo... Gila benar, padat total setotal totalnya liburan kali ini hahaha...Kata temanku yang lain, ini lagi liburan apa lagi di plonco ya.

Anyway, Jember termasuk kota kecil, kira-kira 3.5 jam kalau dari Paltuding, Banyuwangi menuju arah Selatan. Apa yang dilalui dan bagaimana rupa suasana dalam perjalanan ke Jember tidak kunikmati, tidur lebih menggoda secara tubuh sudah capek sekali sehabis dari Kawah Ijen. Ketika terbangun sudah sampai di daerah kota. Walaupun akan bermalam di sini, kami tidak mencari penginapan. Kami menumpang di rumah sepupu salah satu teman yang jadi kepala suku di trip ini. Ngirit biaya banget yak ;)

Kalau banyak yang bilang bahwa kebutuhan manusia saat ini yaitu Sandang, Pangan dan Charger itu sangat benar adanya. Biarpun dirumah orang, semua colokan nya dirajai oleh kami tanpa malu-malu. Hampir-hampir colokan di kulkas jadi korban haha..Mampir di rumah makan juga ga terlewatkan duduk dekat-dekat colokan dan keluar lah yang bawa extension kabel dengan colokan banyak :D Gadget masing-masing orang sekarang ga hanya 1, belum lagi yang bawa kamera. Yang pastinya yang bawa kamera dapat privilege pertama untuk isi penuh daya baterai donk ya hihi.

Selama ngetrip di Pulau Jawa, infrastruktur komunikasi sebenernya belum terlalu merata, terutama untuk layanan 3G. Kalau sudah masuk daerah pinggiran kota, signal 3G muncul lenyap dan lama-lama menghilang.

Dulu liburan tahun baru 2011 sempat mau main ke Jember sebelum akhirnya aku berdua dengan temanku lebih memilih Pacitan. Bisa mengenal kota Jember juga karena Jember punya Pantai Papuma yang lumayan punya nama di kalangan pejalan. Kalau dilihat dari foto teman yang sudah pernah pergi, lumayan juga pemandangannya. Mari kita buktikan !!!

Cuaca diluar panas menyengat, bikin gerah dan kami sudah berganti gaya pantai. Elf sudah siap juga dengan setia mengantar kami menuju Pantai Papuma. Sebenernya Jember juga punya pantai lain yaitu Pantai Watu Ulo yang berdekatan dengan Papuma, cuma menurut teman pantainya kurang bagus, jadi mending langsung ke Papuma saja. Sebagai gambaran, Pantai Watu Ulo berpasir coklat dan kurang terpelihara juga. Sedangkan Papuma pantainya berpasir putih dan lebih diperhatikan oleh Perhutani setempat. Kedua pantai ini sama-sama dilayani oleh Laut Selatan dengan ombak gede nya.

Start dari Kabupaten Ambulu, kebetulan kota ini tempat kami menginap. Hanya butuh waktu 45 menit untuk sampai ke Papuma. Ga jauh, karena Papuma sendiri sudah masuk kabupaten Ambulu. Dari Gerbang "Selamat Datang di Tanjung Papuma" kita akan melewati persawahan dengan diselingi jejeran pepohonan jati yang sedang meranggas kekeringan. Lumayan memberi kesejukan dan warna lain bagi indera. Baru kemudian kita akan ketemu Pos Masuk. Tiket masuk Papuma sebesar 7 ribu per orang. Dengan 1 tiket ini kita sekaligus bisa menikmati 2 pantai yaitu Pantai Pasir Putih dan Pantai Malikan. Dari nama 2 pantai ini singkatan nama Papuma berasal.

Bagi yang menyetir harus agak hati-hati, soalnya jalanannya menanjak bukit dan berkelok-kelok sebelum menurun menuju pantai. Apalagi jangan hilang fokus karena tersihir pemandangan kerennya Papuma dari atas bukit. Lingkaran garis pantai berpasir putih dengan pepohonan rindang di sepanjang pantai dan perahu-perahu nelayan tertambat tenang ditengah riak ombak, sudah terlihat dikejauhan.
Peta Wana Wisata Tanjung Papuma, mereka menyebutnya "Surga dibalik Bukit"
Hal pertama yang kami lakukan yaitu cari warung yang memang banyak di pinggir pantai dan langsung menyeruput es kelapa :) Ga afdol kalau ke pantai tanpa merasakan es kelapa muda. Ditemani angin sepoi-sepoi, rindangnya suasana di pinggir pantai dan hangatnya kebersamaan dalam canda tawa obrolan, berasa hari ini baru beneran liburan ;) 
Ngumpul, Ngobrol, dan Es Kelapa, membuat perjalanan ini baru berasa liburan :) 
Kami mulai turun ke pantai, merasakan pasir putihnya sembari menyentuhkan kaki merasakan sapuan ombak laut selatan. Walaupun typical ombak selatan tapi ombaknya ga bikin takut karena sudah pecah duluan terhadang batu-batu karang di tengah laut. Kita akan menemukan beberapa batu karang atau atol gede-gede ketika melayangkan pandangan dari depan pantai. Katanya ada sekitar 7 batu karang yang membentuk pulau batu dan masing-masing menyandang nama Dewa dari Dunia Pewayangan seperti diantaranya Pulau Narada, Pulau Batara Guru dan Pulau Kresna. 
Narcis kami dalam potret
Selama pernah mengunjungi beberapa pantai di pesisir Selatan, menurutku Pantai di Pacitan seperti Pantai Klayar dan Srau yang paling menyeramkan ombak selatannya. Bikin jiper dan kebayang d kalau sampe ketarik ketengah, uda pasti beruntung banget kalau masih hidup *ampe segitunya :D Lebih cocok nya memang hanya untuk dipandang keganasan ombak nya bukan untuk ditaklukan dengan bermain bersama :) Saking gedenya terjangan ombak ke karang, ombak yang berhasil melewati bebatuan karang seperti tumpah membentuk air terjun mini. Keren bercampur serem karena suara ombaknya besar menderu-deru. 
2011,  Ombak Pantai Klayar - Pacitan
2011 - Pacitan,  Deburan ombaknya yang melewati Karang, Bikin takjub keren dan menakutkan. 
By the way, kita bisa menikmati Tanjung Papuma secara menyeluruh dari atas bukit, mereka menamakannya dengan Siti Hinggil. Sudah disediakan jalur tangga untuk keatas, jadi kita ga perlu susah-susah trekking di jalanan setapak dan bersemak. Dari sini, kita bisa menikmati Pantai Malikan dan Pasir Putih sekaligus. Mungkin yang orang bilang kalau di Papuma kita bisa melihat sunrise dan sunset dari satu spot yang sama, tebakan ku pasti di Siti Hinggil ini. 
Landscape Pantai Malikan dari atas Siti Hinggil, Tangga yang tertata rapi sudah disediakan untuk bisa naik ke atas ini. 
Gunung Kajang di Tengah Luasnya Laut Selatan
Sebuah gazebo siap menaungi kalau kita-kita ga mau terlalu bermandikan cahaya mentari dari atas bukit ini. Laut Selatan dengan cerita magisnya yang selalu turun temurun disampaikan, terlihat luas menyatu dengan batas cakrawala, berpadu dalam panorama pantai berkarang dan dalam lingkupan bukit-bukit hijau. Memang, selain pantai, area Papuma segede 50 hektar ini terdiri dari hutan yang juga bagian kehidupan dari beberapa satwa liar seperti monyet (ini mah dimana-mana ada ya hehe), kadal dan lutung. 

Kami agak melipir disemak-semak pinggir gazebo haha. Membelakangi matahari yang sudah mengarahkan sinarnya ke arah Gazebo. Dalam cengkrama canda tawa, sesi jeprat jepret semakin melengkapi suasana ;) Bukti akan memori yang nantinya akan membantu mengingat rasa dan kebersamaan yang pernah ada. 
We are The Gank
Teluk yang Indah
Walaupun matahari sudah mulai condong ke barat, tapi kali ini hunting sunset tidak masuk dalam agenda.  Malah kami juga tidak tergoda untuk mampir di pantai Malikan yang jelas-jelas sudah disebelah. Kami mulai turun ke Pantai Pasir Putih lagi. Menyusuri sebentar bebatuan karang di pinggir pantai. Akupun melipir agak menjauh menuju perahu-perahu nelayan yang sedang bersandar. 
Aktifitas memancing di tepi pantai juga bisa dilakukan di Tanjung Papuma
Perahu Nelayan Papuma…Unik...
Menurutku perahu nelayannya Papuma itu agak unik. Mirip seperti perahu para viking karena desain kayu depan perahunya mencuat tajam keatas. Perahunya pada terpelihara, terlihat dari warna perahu yang terawat dan colorfull. Coba memotret mereka pada waktu sunrise, dengan background semburat merah di langit membuat perahu-perahu itu tampil siluet dan pasti lebih fotogenik. 
Kerennya foto Perahu "Viking" Papuma pas sunrise, hasil foto Mas Sutiknyo @lostpacker www.lostpacker.com
Senja mulai hadir, membuat kami pun mulai beranjak balik ke rumah tumpangan. Malamnya kami masih menyempatkan diri main ke alun-alun kota. Mencoba cemilan hangat khas Jember yang mirip dengan sekoteng, disini dipanggilnya "Angsle". Cukup bayar 3 ribu / porsi sudah bisa menghangati tubuh. Jualannya di gerobak kaki lima dan dekat dengan alun-alun. Aku ga mencatat specific lokasinya. 

Malam ini kami pun mencoba menabung energi, meluruskan badan yang sudah 2 hari ini meringkuk dalam mobil. Siap untuk keberangkatan subuh demi berjumpa dengan view magic dan hawa dinginnya pegunungan Bromo. 

Terimakasih untuk sepupu teman yang sudah menumpangkan rumahnya berbagi tempat bermalam untuk kami, terimakasih untuk keramahtamahan dan sambutan hangat yang diberikan dan terimakasih untuk colokan-colokannya hahaha ;)

1 komentar:

  1. foto2nya kerennnn mas, thanks udah mampir ke Jember

    maaf numpang lewat ;)

    YUKK yang mau jalan2 ke Jember, silahkan kunjungi Travel Jember,

    BalasHapus

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...