Tengah Malam, Paltuding
Rest Point
Dinginnya angin pegunungan
di ketinggian 1,850 mdpl langsung menusuk kulit ketika kami sampai di Paltuding
rest point. dari Baluran langsung menuju kesini, membuat kami belum dalam
persiapan diri untuk suasana pegunungan. Rencana yang tadinya kami ingin
bermalam sekedar merebahkan tubuh sebentar yang sudah cukup lelah ini, harus
urung niat karena penginapan di Paltuding sudah penuh.
Menurut Pak Supir kalau
mau bermalam bisa ke Homestay Arabika atau Catimur yang paling dekat dengan
Paltuding, cuma kami ngeyel maunya menginap di Paltuding aja biar lebih dekat
dengan Kawah Ijen. Padahal, Penginapan di Paltuding sendiri terbatas,
hanya ada 3 rumah namun bisa sharing kamar dipakai rame-rame. Jadi sudah resiko
juga ga kebagian space lagi.
Tengah malam begini
Paltuding sudah lumayan ramai oleh para pendaki yang siap menjajal Kawah Ijen.
Perlu trekking 3KM untuk mencapai ketinggian 2,368 mdpl dan siap-siap mata,
hati dan pikiran akan dimanjakan oleh pemandangan mengesankan Kawah Ijen yang
cukup populer ini. Ready ?!!!
Kami benaran hebat, uda
kurang tidur tapi semangat tetap membara untuk langsung lanjut trekking jam 1
dini hari. Ada yang ingin kami kejar dengan bela-belain ga tidur dan niat
sekali trekking pagi-pagi buta. Yup, fenomena Blue Fire alias Api Biru.
Fenomena yang hanya ada 2 tempat di dunia, yaitu di Kawah Ijen dan satunya di
Alaska. Blue Fire hanya bisa dilihat sebelum matahari terbit, setelah itu akan
menghilang dan hanya menyisakan asap tebal seiring mulai terpapar oleh cahaya
matahari. Jadi kali ini kesempatan ku untuk bisa melihat langsung Blue Fire
muncul di sela-sela sumber belerang di dasar kawah.
Jam 1 Pagi, Trekking ke Bibir Kawah
Cuaca cukup cerah
melingkupi kawasan Kawah Ijen, walaupun bintang tidak begitu semarak untuk
daerah pengunungan. Kami ditemani seorang pemandu lokal yang sehari-harinya
juga sebagai penambang belerang. Sebut saja namanya Pak Rudi. Menurut Pak Rudi
kalau malam minggu yang trekking ke Kawah Ijen lebih rame..Lho lho spot untuk
pacaran sambil hiking juga ternyata ;) Pastinya kawula muda dari Bondowoso atau
Banyuwanyi, secara Kawah ijen dikuasai oleh kedua Kabupaten ini.
Udah lama ga naik gunung
dan ga olahraga, trek nya bikin gua empot-empotan kepayahan haha. Trek yang aku
kira tidak begitu sulit ternyata aslinya menguji emosi dan mental. Dari awal
udah langsung berat menanjak. Jalurnya lumayan lebar tapi berpasir dan berdebu
juga seiring banyak pendaki yang naik. Baru nanjak berapa ratus meter, napas
uda ga beraturan, payah !! So pasti daripada sok kuat, aku teriak donk untuk
minta berhenti sebentar mengumpulkan semangat dan tenaga lagi. Maklum lah sudah
fisik ibu-ibu ini aku alias uda turun mesin wakaka..
Pemberhentian Pertama - Tampang masih ceria-ceria :) |
Dengan medan menanjak dan
memikirkan jaraknya 3KM sungguh bikin kapok mau naik gunung lagi hehe *ngaku d
mengeluh sepanjang jalan, padahal aku bilang aku pecinta gunung haha. Plan
tahun depan mau naik Gunung Rinjani yang medannya terkenal sulit bikin aku
jiper juga dan mikir lagi bakalan sanggup ga. Baru trek Kawah Ijen aja uda mau
pingsan, mungkin fisik sudah kecapean duluan dan ngantuk banget :( Pak Rudi
sering menyemangati dan sering bilang "Ayo dikit lagi didepan ada pondok,
tar bisa istirahat dan nge teh" atau "Ayo, 2 belokan lagi uda mau
sampe" haha Ucapan penyemangat yang walaupun rasanya kok dari tadi
bilangnya 2 belokan dan mau sampe tapi belum sampe-sampe juga, ternyata effect
juga lho memacu kaki dan mental untuk terus bertahan.
Nanjak pas hari masih
gelap itu agak membosankan sebenernya. Y donk, ga ada yang bisa dilihat.
Padahal menurut ku, menghadapi medan yang berat fokus harus dialihkan ke hal
lain. Maksudnya biar ga kepikiran ama capeknya terus. Cuma, mayoritas moment
yang dikejar adalah moment sunrise dari puncak, jadinya kalau muncak seringnya
start dari tengah malam.
Dan alasan lainnya biar ga
jiper duluan pas lewatin trek yang kiri dan kanan sebenernya jurang menganga.
Selain itu juga mostly gunung-gunung berapi yang aktif lebih bersahabat pas
pagi. Katakan saja Gunung Semeru, jam 9 pagi puncak sudah harus dikosongkan
karena gas beracun dari kawahnya mulai keluar dan angin sering mengarah ke
jalur pendakian. Sedangkan di Kawah Ijen sendiri, jam 2 sore pendaki sudah dilarang
mendekati bibir kawahnya.
Kurang lebih 1.5 jam baru
sampai di Pondok Bunder, ketinggian 2,214 mdpl. Ini Pondok yang dibilang bisa
nge teh, tapi boro-boro nge teh wong pondoknya belum buka *sigh :) Di Pondok
ini biasanya para penambang menimbang hasil angkutannya. Perjalanan masih
setengah lagi cuma tidak seberat sebelumnya. Makin mendekati bibir kawah
jalanan agak mendatar, ini yang menyenangkan hati.
Blue Fire yang fenomenal
2jam kemudian rasa capek
langsung disajikan balasannya. Kami sudah sampai di Bibir Kawah Ijen dan di
kejauhan Blue Fire tampak bergelora memanggil-manggil untuk didekati. Dinginnya
udara jam 3 tidak begitu terasa karena peluh menghangati tubuh. Rasa excited
muncul kembali yang artinya kami siap untuk turun sampai mendekati dasar kawah.
Kali ini harus lebih hati-hati. Jalanannya curam menurun, berbatu dan disamping
kanan jurang dasar kawah. Serem!! Wassalam kalau sampai lengah dan terpleset.
Jadi kita harus melipir dalam kegelapan, dengan dibantu ama head lamp.
Hati-hati melipir di tebing Kawah, sediakan head lamp untuk penerangan dan tongkat pemukul anjing jika diperlukan hahaha... |
Salut bercampur kasihan
ketika berpapasan sama para penambang belerang. Melihat perjuangan berat mereka
membuatku mensyukuri hidup. Mereka setiap hari membawa beban berat belerang di
pundak, yang tidak semuanya bertampang kekar.
Trek naik turun ke dasar kawah
begitu berat apalagi dengan beban 70-80kg di pundak..Sungguh amazing ketabahan
mereka menjalani hidup demi keluarga. Hiks :( dan bayangkan 1kg belerang
hanya dihargai Rp 780. Sekali jalan baru dapat duit +- 60rb, dan 1hari hanya
sanggup 2x bolak balik. Apakah harga segitu sebanding juga ama bahaya yang
dipertaruhkan ??!!
Kasih jalan ke para Penambang, utama kan mereka dahulu, jangan menambah beban mereka yang sudah berat di pundak |
Di sebelah kiri jurang menganga lebar, mereka seperti sudah hafal sama trek yang dilalui walaupun tanpa penerangan. |
See, begitu dekatnya Para Penambang dengan Sumber Sulfur yang sedang menyala-nyala ini. |
Perjalanan balik ke
Paltuding
Danau Kawah Ijen….Keren kan !!!! |
Sulfur / Belerang cair berwarna merah ketika baru keluar dari sumber ny |
Salah satu Penambang siap naik ke Bibir Kawah, Modal hanya baju lapis dua, dan sandal jepit. KAGUM dan KASIHAN.. |
Hanya di tikungan ini yang ada pagarnya.. |
Dari atas, di satu sisi
kita bisa menikmati Danau Kawah yang menganga selebar 600 meter dan di sisi
lainnya mata dimanjakan oleh Lembah dengan Gunung Meranti yang bersebelahan dan
Gunung Raung di kejauhan.
Kalau beruntung kita bisa melihat awan menyelimuti
lembah pegunungan, seakan-akan kita berada di negeri diatas awan. Cuma, pagi
ini awan lebih cepat beranjak meninggi ke atas dan hanya menyisakan
rangkulannya sedikit di Puncak Gunung Meranti.
Bibir Kawah Ijen dengan Jurang yang Menganga selebar 600 meter |
Di sebelah kanan disuguhi Danau Kawah Ijen, disebelah kiri, mata dimanjakan oleh Gunung Meranti yang sedang diselimuti awan. |
Deretan Pegunungan seperti ini yang akan memanjakan indera... |
Lembah... |
Guratan Wajah Bibir Kawah Ijen... |
Spot menikmati Danau Kawah dari atas. . |
Padang Savana berbukit-bukit..Pasti asyik bisa berjalan disekitaran sana. |
Karena kebayakan menahan beban ke depan, lutut jadi lemas dan gemetaran :D Komplit, Nanjak menderita karena paha dan betis kerja rodi, turun juga menderita karena lutut lemas hihi..
Ternyata gaya ini gaya favorit jika nemu view terbaik hihihi :p |
Pondok Bunder, Kalau sudah nemu sign ini berarti perjalanan anda sudah setengah menyenangkan :D |
Sebagian Hutan yang Terbakar…Entah alami terbakar, Entah disengaja :| |
Pas sudah sampai Paltuding lagi, lapar semakin menjadi-jadi. Wangi harum indomie semerbak dari warung-warung yang ada. Sambil menikmati indomie, aku melayangkan kembali ingatan mulai dari awal mendaki hingga berhasil sampai di bibir kawah, kemudian mampu turun naik lereng kawah yang terjal, sungguh salah satu pengalaman yang menarik. Aku memang penyuka gunung, ada selipan rasa bangga di hati setelah berhasil melewati semua ini.
Semoga ada kesempatan lagi
untuk mendaki gunung-gunung lainnya. Kumpulkan tekad ke Gunung Rinjani
hehehe.
Semoga bisa bergaya seperti ini lagi di atas Gunung Rinjani hohoho …. :D ;) pastinya dengan sepatu yang lebih proper hahaha…:p |
:: Amazing Trip Part #1 : Sejenak Merasakan Afrika Van Java, Taman Nasional Baluran
:: Amazing Trip Part #3 : Jember, Pesisir Selatan yang Tidak Kalah Indah
:: Amazing Trip Part #4 : Bromo, Sang Magis Yang Memberi Kehidupan
:: Amazing Trip Part #5 : Pesona Bromo Lainnya : Bukit Teletubbies, Pasir Berbisik dan Air Terjun Madakaripura
:: Amazing Trip Part #3 : Jember, Pesisir Selatan yang Tidak Kalah Indah
:: Amazing Trip Part #4 : Bromo, Sang Magis Yang Memberi Kehidupan
:: Amazing Trip Part #5 : Pesona Bromo Lainnya : Bukit Teletubbies, Pasir Berbisik dan Air Terjun Madakaripura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar