Rabu, 17 Oktober 2012

My first time be Backpacker

Pemeran utama perjalanan ini :)
Aku dulu seorang rider, dengan Yamaha New Vega R nan setia menemani selama 5 tahun melintasi setiap jalanan di Ibukota, sebelum akhirnya my Vega harus berpindah tangan alias dijual. Sejak kuliah cita-cita ku mau punya kendaraan sendiri, maklum waktu kuliah belum bisa menghasilkan duit sendiri, so keinginan untuk punya motor sendiri masih jauh dari angan-angan.. Mau minta ke orang tua ? Ga mungkin.. Kasihan mereka karena masih harus membiayai biaya kuliah termasuk biaya hidupku..
Well, akhirnya setelah aku kerja, itu bukan angan-angan lagi, karena di tahun 2007 aku berhasil membeli sebuah motor.

Nah mulai d ide-ide gila yang mau dilakukan. Dari sejak kuliah, setiap kali ikut teman-teman ke Puncak rasanya suatu saat pengen naek motor ke Puncak dari Jakarta hehe,nekat.com.
Pengen merasakan sejuknya suasana Puncak secara langsung menyentuh kulit, bisa langsung berhenti sesuka hati kalau sedang terpukau dengan deretan kebun teh nya..bisa dingin-dinginan dan nongkrong lebih lama sekedar menikmati jagung bakar dan teh manis hangat,  kalau ikut teman kan ga enak suruh berhenti-henti sesuka hati.

Nah motor udah ada tapiii teman yg mau diajak gila yang belum ketemu... sahabat ku dikost yang sering bareng pun tidak berani..Akhirnya ada teman baru dikost yang kelihatannya tangguh dan antusias serta teracuni dengan ide ini..Kebetulan temanku satu ini anak baru di Jakarta, dia anak Surabaya. Dan cocok juga dengan kriteriaku sebagai partner ke Puncak ini..Dia cukup mandiri, ga manja, ga ribet dan kelihatannya bisa diajak susah..Kata-kata terakhir ini yang paling penting.
Kalau ga , kan repot nanti pas setengah jalan udah minta pulang, penakut dan perlu aku yang jagain..Apalagi perjalanan ini terbilang cukup jauh dengan pake motor, udah gitu kita berdua cewek pula, lewat mana juga baru mau cari tau karena biasa taunya cuma lewat tol aja :D



My Vega R
Persiapan dimulai, dari tanya-tanya teman cowok apakah mereka punya pengalaman ke Puncak pake motor, jalur mana yang bisa dipilih, objek wisata apa yang bisa dikunjungi, dan lain-lain. Banyak yang bilang "Yang bener loe mau ke Puncak pake motor?? Bahaya lagi cewek-cewek" Tapi niat dan tekad tak terpatahkan hahaa...Aku sangat excited, sudah lama mau merealisasikan jiwa petualangan ini.
Apabila ini berhasil  pasti aku sangat bangga dan akan jadi permulaan untuk edisi lainnya.

Akhirnya petualangan dimulai, waktu itu bulan Desember, kami sekalian mau merayakan Natal di Gereja Santa Theresia Lembah Karmel. Waktu kami 3 hari. Gambaran peta secara keseluruhan sudah coba diingat-ingat dan aku pilih jalur Jalan Raya Bogor karena menurutku itu yang paling mudah, jalanannya lurus-lurus aja. Kalau sudah sampai Puncak aku kurang lebih sudah tau jalannya..

Btw, jangan pikir kami juga sudah tau mau menginap dimana, hehehe. kami baru akan cari penginapan disana langsung, pikirnya sewa vila yang suka ditawari oleh Mas-Mas di pinggir jalan haha, gila ya, padahal kan bisa jadi itu rawan atau karena Natal juga banyak yang ke Puncak bisa-bisa kami tidak dapat penginapan..Ketakutan-ketakutan seperti itu ada namun tetap berfikir pasti dapatlah, cuma butuh satu kamar aja kok dan kami juga punya motor, bisa keliling-keliling juga.Kalaupun yang murah ga berhasil dapat, ya udah nasib mesti bayar mahal dikit di hotel d..

Karena hati sungguh senang, rasa capek bukan apa-apa. Tiap 1 jam sekali kami istirahat, tentu yang dipilih yaitu berhenti di pom bensin hehe sekalian pipis. Suasana pagi Jakarta menuju Bogor belum begitu rame juga, jam 5 pagi kami sudah jalan biar tidak terlalu panas dijalan.
Seperti tebakan, rute lewat Jalan Raya Bogor sangat mudah. Sepanjang jalan berdecak kagum sama diri sendiri berani untuk memulai perjalanan ini, tapi tidak boleh sesumbar karena perjalanan baru dimulai, boleh sombong kalau sudah pulang rumah haha..

Ga heran kalau puncak padat, tentu juga ga heran kalau hujan berhubung sudah penghujung tahun begini..sungguh repot memang pake motor dan harus menghadapi hujan. Kami sudah memasuki  jalan raya puncak, track pun sudah mulai menanjak dan gerimis pun mulai mengundang. Di tengah kekhawatiran bakal basah kuyup kena hujan, eh kami melihat ada penginapan murah pas di pinggir jalan, langsung itu yang kami pilih setelah ngecek sebentar mengenai kondisinya..yang penting aman, mayan bersih aja..Murah sih 75rb/malam haha sesuai ama misi perjalanan ini yaitu harga backpacker :D

Total perjalanan dari Jakarta hampir 5jam, mungkin sekitar 80-90 Km. Tapi ga gitu berasa juga, sepanjang jalan kami juga banyak ngobrol walau mesti teriak-teriak biar saling kedengaran. Objek pertama yang kami samperin yaitu Perkebunan Teh Gunung Mas, ternyata cuma berjarak 500m dari penginapan, pas banget jadi ga perlu terlalu lama lagi dijalan. Hawa Puncak sejuk menuju dingin akibat sedikit hujan tadi.
 

Suasana di Gunung Mas
Ahh, mata segar banget melihat semua hijau dan sejuk, rasanya kesumpekan di Jakarta tidak teringat lagi, saatnya menikmati pemandangan yang ada.
Di Gunung Mas ini ga begitu banyak aktifitas yang bisa dilakukan, hanya berkuda jika mau menyusuri kebuh teh. Kami juga mulai explore sekitar, nyungsep-nyungsep ke area perkebunan ini, luas sekali. Foto-foto cari spot yang ok..Berpapasan sama ibu-ibu yang mau memetik daun teh, mereka sangat ramah dan kami sempat berpose bersama juga:)


Ohh tidakkk... Alamat bakal hujan lagi dan benerann...hujannya gede banget..
Kami langsung berteduh dan ternyata berteduh di pabrik pengolahan daun teh PT. Perkebunan Nusantara Gunung Mas, salah satu produk olahan mereka yaitu Teh Walini..hehe aku aja baru pertama kali aja denger ada produk teh "Walini", kenalnya cuma teh botol sosro haha...sebagian memang banyakan di ekspor ke luar negeri. 
Kami ambil paket tour melihat-lihat proses pengolahan dari daun teh menjadi produk olahan tersebut, sungguh dadakan dan menarik juga. Didalam, kami menggunakan pakaian khusus berwarna coklat lengkap dengan topi juga, seolah-olah peneliti professional d hehe..

Bareng ibu-ibu pemetik daun teh nan ramah
Kostum kami untuk masuk Pabrik PT. Perkebunan Nusantara Gunung Mas

Langit puncak menghitam, kabut semakin turun membuat jarak pandang sangat pendek dan juga menghambat aktifitas kami untuk menyusuri daerah lain. Kembali hujan turun dan kami pun mampir di kedai pinggir jalan, sambil menikmati dinginnya hujan dan kabut serta segelas teh manis hangat dan bandrek. Setelah dari Gunung Mas rencana berikutnya balik dulu ke penginapan, beberes, mandi dan istirahat sebentar.


Sekitar area penginapan kami minim yang jualan makanan, jadi untuk dinner ini kami menuju Rindu Alam, salah satu restoran favorit dan dengan lokasinya yang strategis yaitu hampir di Puncak pass. Tempat ini rame pengunjung , makanannya bagiku biasa-biasa aja rasanya cuma jual suasana aja. Dari sini kita bisa melihat kebawah perkebunan teh yang tertata dan terawat rapi, di kejauhan juga bisa melihat kerlap kerlip lampu kota Bogor. Harga makanannya termasuk lumayan mahal tapi yah belum afdol juga ke Puncak kalau belum mampir makan disini. Malam yang tersisa kami nongkrong di dekat Mesjid gede, tergede pokoknya di Puncak, dan best spot juga jika ingin menikmati Puncak dalam suasana malam dengan ditemani jagung bakar..asoyy!!!

Begini Puncak diselimuti Kabuttt....brrrr

Hari ke 2 : Kota Bunga dan Malam Natal di Gereja Santa Theresia Lembah Karmel

Tujuan utama hari ini ke arah Lembah Karmel, dan lokasi tepatnya aku juga belum tau, cuma pernah ikut teman dulu misa Minggu Palma disitu, itupun sudah lama sekali dan jangan berharap aku masih ingat sekarang. Sebenernya aku suka dengan keadaan dimana penuh ketidakpastian, disitu letak seninya berpetualang, dimana insting, mental dan keberanian diuji..cieiloo. Wong masih di negeri sendiri kan, bahasa sama so tidak perlu terlalu ditakutkan hehe...kecuali pergi ke daerah rawan penculikan, nah itu mah mengantar nyawa bukan berpetualang :p

Jadi Pagi ini kami akan pindah penginapan secara Lembah Karmel itu jauh sekali dari penginapan kami dan harus turun melewati Puncak Pass, kota bunga, taman bunga dan baru Lembah Karmel (informasi dari oom Google). Target awal harus dapat penginapan dulu, dan kali ini cukup mengabiskan banyak waktu. Menjauh dari Puncak Pass sulit untuk mendapatkan penginapan murah, tapi akhirnya dapat juga villa-villaan :) rumah yang dikontrakan kamarnya untuk tamu..ya mayan lah kami juga tidak perlu penginapan yang keren, asalkan bersih toh hehe *balada backpacker.

Kalau turun dari area Puncak menuju Cianjur, ada beberapa obyek wisata yang bisa didatangi seperti Kota Bunga, Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas. Kami masih punya waktu setengah hari sebelum persiapan ke gereja nanti malam.  Jadi kami sempatkan menuju Kota Bunga. Kota bunga area nya besar, sekitar 125ha berisi banyak villa-villa dengan arsitektur beda-beda sesuai area seperti gaya oriental, european house, country house, japan, dan ada juga kayak rumah barbie:) Lingkungannya juga terawat, sepertinya yang punya villa harus bayar biaya maintenance lumayan neh. 

Di Kota Bunga juga ada area bermain keluarga yang disebut Little Venice, ini seperti replika kota Venice di Italia. Kita bisa menyewa gondola untuk menyusuri danau yang mengelilingi Little Venice, cukup dengan membayar 15 ribu ditambah biaya masuk little venice 10 ribu. Masuk area Kota Bunga sendiri free, dan kita bisa keliling-keliling sekadar mungkin menghayal kapan bisa kebeli salah satu villa disana :D
 
Setelah berpuas keliling di Kota Bunga, kami melanjutkan ke Taman Bunga Nusantara (TBN). Lokasinya cukup berdekatan. Oh oh akibat sudah terlalu sore, TBN sudah tutup. Wajar sih sudah jam 5 sore gini, kalau mau masuk juga cuma bentar keliling dan ga puas,  secara itu TBN luas begitu. Baiklah kami memutuskan untuk balik ke "villa" siap-siap untuk Malam Natal yang lebih penting moment nya. Kalau aku sendiri sudah beberapa kali ke Kota Bunga dan TBN, jadi kali ini bener-bener mau ajak temanku ini.
Balik ke villa adalah keputusan tepat, villa kami ini berada di pinggir jalan gede Puncak-Cianjur, sedangkan Kota Bunga, TBN dan Lembah Karmel itu mesti masuk ke dalam, dan cukup jauh juga. Kami jadi bolak balik karena ke Lembah Karmel mesti melewati Kota Bunga dan TBN lagi.

Tidak susah untuk menemukan Lembah Karmel, karena ini Malam Natal banyak mobil-mobil yang punya tujuan yang sama, aku tinggal mengikuti dari belakang.. Misa Natal sendiri mulai jam 10 malam, cuma mesti datang duluan seharusnya paling telat 1jam sebelumnya, karena pasti akan kesulitan untuk menemukan tempat duduk. Gereja ini luas sekali pelatarannya, dari tempat Parkir ke gereja masih lumayan bikin kaki pegel. Lembah Karmel juga merupakan tempat retret jadi bangunannya banyak dan ga heran juga kalau area nya luas sekaligus asri dan nyaman untuk merenungkan kembali arti kehidupan dan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. 

Gereja St. Theresia Lembah Karmel
Desain gereja seperti podium gitu, dengan dudukan pantat melingkar seperti arena menonton pertandingan dengan berpusat di tengah altar. Sepertinya memang di desain untuk dapat menampung orang banyak. Aku paling suka suasana misa Malam Natal, sangat khusyuk dan penuh suka cita menyambut kelahiran Yesus Kristus dan moment yang paling aku sukai yaitu dimana lampu-lampu gereja dimatikan dan kita semua menyalakan lilin. Ini mengartikan bahwa Yesus hadir secara sederhana di dunia, menyinari setiap umat yang beriman dan percaya kepada-Nya..

Hari ke 3 : Hari Terakhir dan balik Jakarta lagi

Akibat semalam jam 2 subuh baru sampe villa, pagi ini terasa susah sekali mau bangun, sungguh kecapean. Agak mendekati siang hari kami baru menuju TBN, sebagai tempat maen terakhir. Kalau mau mengenal tanaman serta berbagai macam bunga, TBN tempat yang bisa menambah wawasan tersebut sekaligus sebagai tempat rekreasi, cukup dengan membayar tiket masuk 20 ribu. Di dalam TBN terbagi beberapa area , seperti area Bali, taman gaya Jepang, Labirin, rumah kaca, bisa maen gokar juga, menara pandang yang bisa lihat sekeliling TBN dari atas.  Kami ga punya banyak waktu, jadi kebanyakan diisi dengan foto-foto tapi masih sempat sih keliling-keliling walaupun agak terburu-buru. 

Tertata Rapi dan terawat
Nah yang paling berat dari suatu perjalanan adalah perjalanan pulang, ditambah kalau pulang itu rasanya lebih lama daripada pergi, rasanya ga sampe-sampe. Perjalanan balik Jakarta ini akan sangat panjang, lebih berat dari pergi, karena memang lebih jauh. Bisa diperkirakan sekitar 150km lebih harus dilalui.  Kami start dari jam 4 sore, dan ditengah perjalanan turun Puncak hujan lagi, cukup deras sehingga memaksa aku untuk berhenti. Khawatir juga kalau makin deras bakal bisa ga sampe Jakarta ataupun bisa kemalaman. 

Dan besok ga ada kata istirahat, sudah masuk kerja huhuhuhu.. Untung ga lama hujannya,  kami langsung lanjut melewati jalur pergi yaitu bogor dan akhirnya sampai Jakarta dengan selamat sekitar jam 11 malam hahaa... Kali ini harus sekitar 7 jam baru sampe, bisa dibayangkan muka kedinginan seperti apa dan pantat datar ga berasa lagi :D
Tapi itulah perjuangan, pembuktian jiwa dan hasrat, berhasilnya dari travelling kali ini memberi rasa kebanggaan tersendiri dalam hati dan menyulut keberanian lainnya. Dan aku sudah menemukan gayaku, dan teman yang bisa ku ajak untuk berpetualangan bareng.

---The End--

3 komentar:

  1. sip mbak. aku juga diposisi ini saat ini. kemarin akhirnya memberanikan diri untuk riding dari ambarawa ke bogor. berangkat jam 5.45 pagi nyesat lewat sukabumi (harusnya lewat jalur cianjur-puncak). disukabumi udaha jam 10 malem. nginep karena capek banget dan karena malam banyak lubang dijalan gak kelihatan, bahaya. paginya baru lanjut dan sampai dibogor. seminggu berikutnya lanjut dari bogor-serpong. berangkat udah bener lewat trek yang direncanakan. tapi pulang nyesat lagi. but, itulah asyiknya berpetualang.

    BalasHapus
  2. Hai Gerhsendu , Salam kenal.

    Thank you sudah mampir di blog ini. btw , hebat banget riding dari Ambarawa ke Bogor, pasti seru abis yah...
    Yup, asyiknya berpetualang itu banyak nemu hal-hal yang ga diduga termasuk tersesat tapi dengan gitu jadi ada banyak cerita baru kan... :)

    BalasHapus

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...