Kamis, 15 Mei 2014

Part #1 - Trip Gunung Papandayan, 21-23 Feb 2014 : Gunung yang Fotogenik, 2.665 mdpl

Gunung dan Laut, dua tempat yang sama-sama memikat dan memukau buat para penikmat pesonanya. Bagi pecinta alam, para petualang dan traveler biasanya punya jagoan masing-masing mana yang lebih mereka senangi, termasuk diriku sendiri. Aku pecinta gunung, belum berani bilang sebagai anak gunung. Kenapa rasa cinta lebih dominan ke Gunung? Ehm, yang jelas aku suka suasana yang meneduhkan, sejuk, tenang dan aku mengaguminya. Pergi ke gunung memang lebih beresiko ketimbang pergi ke pantai/laut. Kalau benar-benar anak gunung, harus punya pengetahuan dan ketrampilan khusus, pandai membaca arah dan peta, sampai harus siap untuk kondisi terburuk jika harus survive di tengah hutan. 

Perlu persiapan fisik yang baik, setidaknya tubuh dibiasakan dulu untuk kerja sedikit lebih keras. Naik gunung kan aktifitas menanjak dan menurun dengan menopang berat tubuh dan berat barang bawaan, jadi memerlukan fisik lebih ekstra fit dan kuat. Persenjataan yang kudu harus dibawa juga lumayan banyak seperti carielsleeping bag, matras, geiter, nesting untuk masak, tenda dan sepatu gunung. Karena agak rempong dan ditambah lebih beresiko, tidak mudah punya teman yang sejiwa dan sama-sama nekat. 

Sampai saat ini gunung yang pernah ku datangi juga masih kebanyakan typical gunung wisata, yang tidak harus begitu serius untuk persiapannya.  Seperti Gunung Krakatau, Gunung Galunggung, Gunung Bromo, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sikunir di Dieng Wonosobo, Gunung Puntang di Bandung, Gunung Cipelang di Sukabumi. Dan yang bukan gunung biasa yaitu Gunung Semeru, atap tertinggi Pulau Jawa. Yang aku dan teman-teman harus latihan fisik sebelum menjajal Semeru. Semakin suatu gunung punya tingkat kesulitan yang semakin tinggi, jangan khawatir akan kerja keras dan keringat untuk mencapainya, kita akan dimanjakan dengan landscape yang beragam. Keindahan di Ketinggian tidak pernah bohong, Buktikan d !!! ;) 

Well, sebagai bagian dari persiapan menuju puncak gunung impian di pertengahan tahun nanti, di Februari 2014 kemarin akupun try out ke Gunung Papandayan untuk test stamina. Gunung Papandayan dikenal sebagai gunung yang bersahabat untuk pemula, lokasinya juga bisa dijangkau dikala weekend. Aku dan sahabatku Yoan, bergabung dalam trip yang dikoordinasi oleh Wisata Gunung. Karena kami masih newbie dan ya balik ke statement diatas, bukan anak gunung beneran haha, jadi join trip ama teman-teman lain yang baru dikenal juga. Trip nya juga murah meriah, cuma membayar 200rb, termasuk kita akan dipinjami tenda tapi untuk logistik bawa masing-masing.

Jumat malam, jam 22.00 :  Meeting Point Kampung Rambutan
Menerobos beratnya traffic Jakarta di Jumat malam itu agak menantang. Biar dikata sudah buru-buru dari kantor dan sudah pake Busway, sampai di Kampung Rambutan tetap aja jam 22.30. Kampung Rambutan jauh juga euy. Salah satu terminal bus yang melayani trek Jakarta - Garut. Teman-teman seperjalanan sudah ngumpul semua, total pasukan kali ini 17 orang, termasuk Ase selaku Owner dari Wisata Gunung dan 2 orang guide kami selama perjalanan (Bang Widi dan Alief). 
Perkenalkan Si Ase, Bos nya wisatagunung.com :)
Papandayan memang ga diragukan pamornya dikalangan pecinta gunung, bus penuh dengan orang-orang yang setipe dengan kami, bawa-bawa cariel gede. Tujuan mereka kalau ga Papandayan ya Gunung Cikuray yang sama-sama ada di Garut juga. Cukup siapkan ongkos 40rb untuk tarif bus. 
Teman-teman 1 Trip kali ini 

Dini hari, jam 3.00 Terminal Guntur, Garut - Jawa Barat 
Bus melaju kilat, dengan kecepatan diatas rata-rata, ga sampai 4jam sudah membawa kami sampai di Terminal Guntur. Masih terlalu pagi. Aktifitas pagi pun belum terlihat merata, hanya di sudut-sudut tertentu. Hawa dingin khas daerah pegunungan dengan lembut menyapa kulit, membiarkan kami bergidik dingin sambil tubuh berusaha menyesuaikan. Hawa ini akan kami rasakan terus sampai kami kembali ke terminal ini lagi besok sore. Tempat istirahat favorit adalah mesjid pas dibelakang terminal tapi rame nya ga pake kebagian lagi. Kelompok ku sampai melipir di teras rumah penduduk untuk sekedar merebahkan tas dan duduk-duduk. Menjelang pagi, beberapa mobil Elf sewaan sudah datang dan cukup membawa kami 30 menit saja menuju Desa Cisurupan, desa terakhir sebagai pintu masuk menuju Gunung Papandayan dan disini kami perlu melengkapi logistik terlebih dahulu. 

Desa Cisurupan, Jam 6.00 Pagi
Kami mulai diskusi kelompok haha karena per tenda akan diisi dengan 4 orang dan bisa berbagi logistik. Untung anggota team ku ga ribet, jadi kami ga cerewet memilih makanan yang perlu dibawa. Paling ampuh dan simple pasti Indomie, Super bubur, Energen, Sarden, Roti, dan Coklat. Berhubung menurutku cuma semalam aja, jadi gapapa ga makan nasi. Ehm, jangan ditiru ya, ini asumsi sesat hehe. Nasi sumber kalori, dan berhubung energi banyak terbuang, jadi lebih baik makan nasi. Cuma masaknya harus bisa, kalau ga sama aja ga kemakan nasinya hahaha. Bisa juga banyakan bawa coklat, coklat cukup ampuh menambah energi.
Cisurupan Point, Melengkapi Logistik dan Repacking
Yeee…Mobil Pickup yang Bikin Sengsara Sepanjang 9KM :D
Panorama yang Disuguhi selama 9KM dari Pintu Cisurupan sampai Pintu Masuk Papandayan
Menatap Jalanan Jelek yang barusan dilewati dengan Aw-Aw hahaha
Setelah repacking ransel dengan ketambahan bahan makanan, kali ini giliran mobil pickup bak terbuka jadi andalan kami mendaki jalanan rusak sampai ke Pos Masuk Gunung Papandayan. Ini menderita abis terutama untuk teman-teman yang duduk dipinggiran bak. Kebayangkan kalau anggota tubuh berbenturan dengan besi-besi pinggiran bak hihi..dan serentak kompak suara "Aw-Aw" menemani sepanjang 9KM dan selama 1 jam hahaa..Tapi seru juga jadi ada cerita dan kenangan di jalanan aw-aw ini :D

Gunung Papandayan dengan Kawah Terbukanya…Dilihat dari atas Mobil Pickup sebelum Pintu Masuk
Team Aw-Aw :D

Pos Masuk Gunung Papandayan, Jam 7.00 Pagi
Cuaca cukup cerah memayungi kami walaupun disekitar badan gunung nan jauh disana mendung tipis asyik bergelayutan manja ;) Aku bergumam dalam hati, semoga cerah ini terus menuntun langkah kami selama pendakian nanti. Musim hujan memang masih menghantui karena masih akhir Februari dan dari pengakuan Ase sendiri hujan selalu di sore menjelang magrib :(  
Pelataran Parkir Pintu Masuk Papandayan, Wisatawan yang hanya mau sampai Kawah Papandayan juga bisa, ga jauh dari sini. 
Lapar melanda, warung makan pojok di pelataran parkir batas akhir kendaraan sebelum pendakian menjadi pemuas perut kami. Ehm, nasi goreng yang cukup sederhana sungguh nikmat, ditambah Teh Manis panas langsung menjaga kehangatan tubuh. Hawa dingin mulai terasa lebih berat menyapa kulit. Dari Pelataran Parkir ini sudah terlihat dikejauhan Kawah Gunung Papandayan, asyik ngepul membumbung tinggi asap vulkaniknya, petanda dapur magma gunung ini tidak boleh diremehkan. 
Gardu Pandang
Walaupun Gunung Papandayan status vulkaniknya Waspada tapi tidak mempengaruhi aktifitas warga. Sempat dikabarkan TVOne bahwa tingkat kegempaan meningkat gara-gara Gunung Kelud meletus hebat 1 minggu sebelumnya. Untung cuma isu aja, toh segala sesuatu tidak ada yang dirasa berubah. 

Mulai Trekking, Jam 9.00 Pagi
Semua bersemangat. Kita foto keluarga dulu sebelum mulai trekking dan tentunya berdoa mohon dipermudah dan dilindungi sampai turun kembali ke tempat ini. Trek berbatu mendominasi pendakian. Untung pakai sepatu gunung, sangat membantu menaklukan kondisi jalan. 
Here We Are, Kemping Cantik bersama WIsataGunung.com
Trek Berbatu Mendominasi Jalur Pendakian Hingga Sampai Kawah Terbuka Papandayan

Penduduk yang Pake Motor Cross naik ke Papandayan… Yup, memang ada jalur untuk Motor Cross untuk sampai Pondok Seladah 
Ada 4 orang adek-adek mahasiswa yang ikut dalam group ini, bawaan nya segambreng haha. Tas cariel mereka gede-gede, ada kali 75 literan, termasuk 2 yang cewek. Hebatnya 4 orang baru pertama kali naik gunung hoho. Walaupun gitu semangat adek-adek ini boleh diacungi jempol, perlahan tapi pasti mereka bisa juga membawa diri. Bawaan segambreng itu sudah seperti mini market dalam tas, logistik nya banyak boo haha, telur ada, roti ada, sosis, beras, dll. Ketauan pas hari terakhir masak-masak di tenda, semua logistik dikeluarin hahhaha. Karena itu team Logistik kami sematkan untuk adek2 ini :D
Adek-adek Mahasiswa yang Tangguh dengan Bawaan Segambreng nya hehehee :)
Kami berjalan menuju pinggiran kawah, ehm bau belerang menyengat kuat. Papandayan punya 4 dapur kawah, semuanya sibuk menunjukkan eksistensinya. Kadang angin sengaja menguji, membiarkan asap belerang menyapu kami. Jangan lupa bawa masker yaa !! Trek berbatu nan gersang + bau belerang + diguyur panas matahari yang tanpa lawan membuat ritme kaki kami melambat. Jalan dikit, tapi berhenti banyak, ngosh-ngosh-an mengimbangi napas dan jantung yang terpompa seru hahaha. 
Di Pinggir Kawah…Siapkan Masker Jangan Lupa ya !! 
Di beberapa titik di jalur trekking, keluar desis suara yang disertai uap panas, berarti kami bukan hanya melewati pinggir kawah tapi kawah itu sendiri hahaha. Serem-serem sedap mengingat berita mengenai isu gunung ini lebih aktif dari biasanya. 
Landscape Papandayan, ada yang bilang Papandayan seperti Switzerland nya Jawa… Setuju ga ? :) haahaha. 
Aku termasuk yang paling belakang diantara anggota group, ehm tapi bukan karena aku ga kuat lho ya hehe, kadang aku terlena dengan apa yang alam tampilkan, sibuk motret. Kadang sampai harus buru-buru lari untuk mengejar ketinggalan..1 jam ditengah kelelahan, waktunya break juga. Posisi kami sudah sedikit diatas kawah, sehingga cukup aman dari serangan asap. Perjalanan masih setengah lagi. 
Officially Break :)
Break diatas Kawah…Tapi Aman Kok dari Serbuan Asap Kawah..Karena Angin Tidak Mengarah ke Sini. 
Trek selanjutnya kita bisa memilih. Antara mau melewati Hutan Mati dengan tanjakan aduhai nya atau melewati trek off road nya motor cross yang lebih landai namun lebih lama. Waktu itu kami ga dikasih pilihan hehe, hanya mengikuti arahan guide yang lebih memilih melewati Hutan Mati ternyata Hoho. 
Ini Jalur Kalau Memilih Trek Landai Motor Cross, bukan Melewati Hutan Mati
Makin ke atas pemandangan semakin cantik, napas semakin pendek, kaki semakin penat, tanjakan seperti ga ada habisnya. Untungnya cuaca ga gitu terik, kebayang kalo panas terik, penderitaan akan lebih berat ;) 
Trek Menanjak Asoy yang Dipilih…Ngosh-Ngoshan Semakin Kenceng ;)
Makin Keatas, Pemandangan Makin Cantik dan Trek Awal melewati Kawah Jelas Terlihat
Danau Baru di Tengah Kawah…Dekat Banget dengan Salah Satu Sumber Belerang yang Mengepul-ngepul

Hutan Mati, Jam 11.30 Siang
Akhirnya Hutan Mati di depan mata. Seperti nama nya hutan ini memang mati. Akibat erupsi hebat tahun 2002 yang akhirnya menyisakan fenomena hamparan hutan dengan pohon-pohon gosong menghitam tanpa ada kehidupan. Kami semua excited ketika sampai disini, langsung break dulu.  
Break Lagi….at Hutan Mati
Terlihat Mistis ya Hutan Mati nya ?
Area Hutan Mati ini luas, ehm bisa dibayangkan dashyat nya amukan alam waktu itu. Hutan Mati salah satu suguhan alam yang pamor dari Gunung Papandayan, menurutku yang membuat gunung ini fotogenik. Pemandangan Pohon yang merenggas hitam dengan cabang-cabang menatap ke langit, menjadi saksi hilir mudik para penggiat alamnya. Tentunya aku dan beberapa teman yang baru pertama kali sampai disini, antusias sekali mengabadikan moment. Bertukar foto dan mengexplore angle. 


Setelah Hutan Mati, camp ground Pondok Seladah sudah tidak jauh. Kamipun mulai terburu-buru mempercepat langkah kaki, mendung sudah menguasai langit. 

Camp Ground Pondok Seladah, Jam 12.30 Siang 
Di tengah diburu rintisan air hujan, sedikit sebelum sampai camp ground kami melewati hamparan bunga Edelweis. Bunga khas pegunungan karena hanya hidup di ketinggian. Kata teman-teman, di tempat yang namanya Tegal Alun lebih luas lagi hamparan Edelweis nya, Cool!! Dan itu schedule besok pagi menuju Tegal Alun. 
Padang Edelweis Sebelum Pondok Seladah...
Pondok Seladah merupakan padang rumput dengan dataran datar sehingga cocok sebagai tempat perkemahan. Didekat camp ground juga dialiri aliran air pegunungan jadi mempermudah kita masak, dan lain-lain. Paling repot kalau diatas gunung tidak ada sumber air, kita mesti bawa stock air semenjak di bawah gunung, seperti kalau mau ke Gunung Cikuray. 
Camp Pondok Seladah, dalam suasana berkabut dan gerimis
Ok, cuaca mengambil alih keadaan, pas sampai camp ground hujan turun. Langsung grabak grubuk pasang tenda. Total 3 tenda untuk anggota trip, aku setenda dengan Yoan, Dewi dan Chnythia. Diluar ga bisa ngapa-ngapain, hujan terus menerus. Sampai untuk masak buat lunch pun kami harus mengakali dengan ditutupi flysheet yang disangkut dari tenda ke tenda. Lunch pun sederhana, apalagi kalau bukan Indomie yang gampang haha. 
Hujan Membuat kami Kebanyakan di Dalam Tenda...
Acara masak-masak diluar :D
Kalau ga hujan, schedule sore ini akan trekking ke Tegal Panjang namanya. Cuma sayang cuaca ga mendukung. Tegal Panjang yaitu areal padang rumput savana yang luas, masih alami karena jarang pendaki yang kesana. Kalau dari Pondok Seladah masih 3 jam perjalanan lagi. Selain dari Pondok Seladah, pendaki yang mulai dari jalur Pengalelangan Bandung akan melewati Tegal Panjang terlebih dahulu sebelum sampai ke area Gunung Papandayan. 

Hujan sempat berhenti beberapa saat, setelah itu pegunungan diguyur sampai malam. Kami pun totally hanya menghabiskan waktu di dalam tenda. Keluar tenda pun enggan kecuali untuk pipis :) Hawa nya bukan main dinginnya, kami masing-masing saling menyelamatkan diri dengan balutan berlapis-lapis haha, apalagi untuk tidur. Dikala menunggu rasa ngantuk menguasai, kami berbagi cerita masing-masing, mengenalkan diri sedikit lebih detail, termasuk ke gunung mana aja yang pernah kami datangi. Hingga kami pun mulai membaur dengan senyapnya malam dalam kelelapan tidur masing-masing. 

:: Continue to Second Day


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...