Minggu, 13 Juli 2014

Part #2 - Trip Gunung Papandayan, 21-23 Feb 2014 : Tegal Alun, Surga Edelweis nya Papandayan

Pagi yang indah, pegunungan disekitaran Pondok Seladah baru kelihatan bentuknya setelah kemarin disembunyikan kabut tebal. Bahkan bumbungan asap dari Kawah bisa kelihatan dari camp ground termasuk Hutan Matinya. Aktifitas pagi seperti layaknya dirumah, orang-orang mengarah ke sumber air, mencuci muka,  membasuh tangan dan kaki, mengosok gigi, mencuci piring bekas semalam dan mengambil air bersih untuk persiapan masak sarapan pagi ini. 

Disamping sumber air, di tengah rimbunan semak-semak dijadikan spot untuk buang air hoho. Yang repot kalau naik gunung itu memang urusan toilet management. Kurang minum bisa dehidrasi tapi banyak minum bikin repot keseringan pipis. Belum lagi kalau panggilan alam alias pengen pup, ini yang heboh persiapannya haha. 

Kebayang ga indahnya pup di alam bebas dan dikelilingi bunga Edelweis haha. Itu pengalamanku dulu pas lagi di Pos Kalimati, pos terakhir sebelum Mahameru. Cuma karena dekat Kalimati masih terlihat jejak Macan Kumbang, jadi pup nya sambil was-was takut pantat hilang tiba-tiba dicaplok Si Macan wakakakaka. Kalau di gunung, pup di alam bebas tidak bisa dihindari, kadang memang ada 1 atau 2 wc darurat dibuat dekat pos, tapi pasti joroknya bisa dibayangkan d. 
Sumber Air Dekat Camp Pondok Seladah
Semua logistik yang dibawa, pagi ini dikeluarkan semua untuk dihabiskan rame-rame. Adek-adek Mahasiswa yang ikut baru ketauan logistiknya banyak hoho. Jadilah sarapan yang meriah. Banyak hal yang ngangenin kalau di gunung, salah satunya kebersamaan dan saling berbagi. Anak gunung dikenal lebih setia kawan, saling membaur, rasa saling memiliki dan berbagi ego. Setuju ya...!! Hahaha
"Morning Briefing" hehe Padahal Semua Lagi Nunggu Sarapan Yang Lagi Dimasak :D
Camp Ground Pondok Seladah..
Abis sarapan, kami mulai mengarah menuju Hutan Mati kembali. Tapi bukan perjalanan turun gunung tapi akan naik sampai ketinggian +- 2.500an Mdpl menuju suatu tempat bernama Tegal Alun. 
Ini Trek Tanjakan Berbatu  dan Licin Yang Cukup Ekstrem, Apalagi Ketika Musim Hujan, Trek Ini Kelihatan dari Camp Pondok Seladah
Kalau melewati Hutan Mati, kita berarti memilih jalur Tanjakan Mamang, bukan Tanjakan Berbatu yang Ekstrem. Yes, 2 pilihan jalur itulah yang harus dipilih terlebih dahulu sebelum perjuanganmu akan dibayar dengan pemandangan indah Ladang Edelweis yang luas. 
Bergaya dulu…di Hutan Mati dalam perjalanan menuju Tegal Alun

Berada di area Hutan Mati pagi ini terasa suasananya berbeda dengan kemarin. Kali ini memasuki hutan dengan pohon gersang yang lebih rapat dan banyak. Ditambah kabut sering datang menyelimuti hampir seluruh hutan, lebih memperkuat suasana yang ada. Tanah nya tanah kapur putih dengan campuran garis-garis hitam dari ranting pohon yang jatuh, aku kebayang es krim Haagen Dazs yang punya varian dengan tekstur yang mirip haha. Ke Tegal Alun kami cukup melenggang kangkung tanpa beban cariel, ini membuat tenaga lebih hemat banyak. Dan berpose pun lebih bergaya hehe. 
Suasana Ketika Kabut Betah Menemani Perjalanan Kami - Hutan Mati

Tiba-tiba tanjakan cukup ekstrem, ternyata ga terasa sudah sampai di Tanjakan Mamang. Di sini, agak perlu ekstra kerja keras dikit untuk menarik tubuh keatas, antara satu tapak dengan pijakan tapak berikutnya jedahnya cukup tinggi, tapi seru sih, berasa sisi adventure nya ketika harus memanjat dengan menarik akar-akar pohon.  
Tanjakan Mamang

Tegal Alun, We Are Coming !!

Girang hati kami ketika mulai melihat kumpulan bunga Edelweis memenuhi pandangan mata. Walaupun Edelweis hanya bisa tumbuh di ketinggian tapi tidak semua gunung punya tempat indah seperti ini. Seakan masuk area perkebunan Edelweis yang sengaja ditanam. Menurut data, luasnya sekitar 32ha. Kebayangkan gedenya seperti apa dan tanah seluas itu isinya bunga Edelweis. Dulu katanya lebih semarak lagi sebelum letusan November 2002, letusan tersebut menghanguskan sebagian padang Edelweis. 

Musim berbunga paling bagus antara April sampai November. Di bulan Februari pas aku kesana sudah mulai berbunga, ciri khas kelopak putih dengan bunga mekar kuning diatasnya. Edelweis yang sering diartikan sebagai bunga abadi ini memang tidak rontok dimakan usia, tapi yang abadi itu kelopak nya yang putih ya, kalau bunga nya mah 3 hari setelah mekar juga rontok hihi. 
Anaphalis Javanica, Jenis Bunga Edelweis Yang Hidup di Kebanyakan Gunung di Jawa. 
Menurutku, Edelweis di Semeru lebih "gemuk" bunga nya (yang diomongin bukan ukuran pohon ya), 1 kuntum lebih besar volume nya dan rimbun. Ga seperti yang aku lihat di Papandayan ini yang kelihatan kecil-kecil. Ya, bisa jadi di Semeru dulu pas bulan Oktober jadi masih masuk musim berbunga yang bagus. 

Saat ini populasi Edelweis mulai sedikit, apalagi di daerah Bromo, bisa dikatakan hampir punah. Kurang adanya kesadaran dari masyarakat sekitar sehingga hanya memetik bunga Edelweis untuk dijual sebagai souvenir, dll. Maka dari itu kita yang sengaja capek-capek naik gunung untuk mencari keindahan disana jangan sampai malah ikut-ikutan memetik, apalagi memetik hanya untuk pembuktian bahwa kita sudah naik gunung. 

Kalau Papandayan punya Tegal Alun sebagai Surga Edelweis nya, gunung lain yang aku tau juga punya yaitu Gunung Gede dengan Surya Kencananya, Gunung Pangrango dengan Mandalawangi, dan Gunung Merbabu. 

Mendung menggelayuti langit Tegal Alun, dan kabut pun pekat menyelimuti. Harapan melihat perpaduan hijaunya hamparan Edelweis bersatu dengan birunya langit, jauh dari angan. Sayang memang tapi bisa berada ditengah hamparan ini tetap mengobati kerinduan ku akan alam bebas yang indah. 


Semoga setiap para pendaki yang sampai disini bisa bersama-sama menjaga kelanggsungan Anaphalis Javanica, species Edelweis yang hidup di tanah Jawa ini. Bagusnya juga, di Tegal Alun dilarang ngecamp. Syukurlah, peraturan ini membuat Tegal Alun tetap bersih dari sampah. 
Papan Peraturan Larangan Nge Camp di Tegal Alun Terpasang di Camp Pondok Seladah
Nah, biasanya kalau ke gunung, Puncak adalah agenda utama, tapi kalau ke Papandayan ga semua orang akan sampai ke Puncak. Bukan karena ga mampu karena trek nya yang sulit, tapi banyak yang mengatakan kalau Puncak Papandayan tidak jelas arahnya. View nya juga bukan seperti Puncak pada kebanyakan gunung dimana diatas sana kita bisa melihat dengan luas dataran lain dari ketinggian. View di Puncak Papandayan agak terhalang sama pohon-pohon disana. 
Spotted Sign Puncak Di Daerah Hutan Mati, Padahal Pas Di Tegal Alun Tidak Mudah Menemukan Arah Untuk  Ke Puncak.. Oppss 2 Sejoli Terekam Barengan dengan Sign Puncak Ini :D
Apapun viewnya, kalau aku sendiri pengennya sih tetap mencicipi Puncak suatu gunung, cuma trip yang aku ikut ini, Puncak tidak masuk dalam agenda. Ya sudah, jadi ada alasan tar kalau mau balik lagi ke Papandayan hehe. 
Kegilaan di Tengah Hamparan Edelweis
Menyusup di Antara Rimbunan Pohon Edelweis
Menikmati Kesempatan Di Tengah "Ladang" Edelweis

Puas berekspresi di tengah hamparan sampai menyusup diantara rerimbunan nya, kami mulai menuruni Tanjakan Mamang kembali. Visibility masih sama seperti pas naik T_T jadi tetep ga kelihatan apa-apa dari atas ini, padahal view di Tanjakan ini adalah view terbuka dengan pandangan ke arah Hutan Mati dan Kawah. 
View Terbuka Ke Arah Kawah dari Tajakan Mamang, Sayang Cuaca Berkabut. 
Melewati Hutan Mati lagi, dan Menemukan Spot Ini untuk Narsis hehe. 
Kembali di Pondok Seladah, siap-siap packing kembali. Nah, perjalanan turun yang dipilih yaitu melewati jalur motor cross yang dibilang lebih landai dibandingkan trek pas naik. Memang sih lebih landai tapi bukan berarti lebih mudah. Sama aja menurutku. Jalurnya licin karena typical tanahnya tanah liat. Udah gitu mesti jalan lebih jauh. 
Full Team Anggota Trip yang dikoordinasi oleh Wisata Gunung :)
See You Pondok Seladah :)
Jalur Pulang Lebih Licin karena Konstur nya Tanah Liat
Dalam perjalanan turun dari kejauhan di dinding bukit sebelah kanan trek, kelihatan air terjun yang sepertinya belum terjamah. So Beautiful Natural Bathtub
Virgin WaterFall Spotted While Way Down Walking
Dengan jalur turun yang berbeda ini, perjalanan turun tetap menyisakan rasa excited yang besar. View hijau royo-royo punggungan bukit-bukit kelihatan jelas, membuat kami pun beberapa kali berhenti atau melambatkan langkah sekedar untuk menikmati dan mengagumi alam yang ada ataupun mengambil beberapa foto. 
View Yang Bisa Dinikmati Melewati Jalur MotorCross Yang Lebih Landai Tapi Lebih Jauh dan Juga Lebih Licin. 


Hampir aja tersesat karena jalan terlalu lambat akibat foto-foto, malah ditinggal group yang di depan. Udah gitu bingung pas ada percabangan jalur mana yang dipilih. Pilihan jalur sesuai feeling malah salah hehe, akhirnya balik lagi dan memilih jalur satunya.

Jalur trekking akhirnya bertemu kembali dengan jalur pas naik, kami kembali menyusuri dan melewati pinggiran beberapa Kawah Papandayan dengan ditemani kepulan dan bau asap belerang yang sama.  Gerimis kencang pun menambah nikmat di akhir perjalanan ini, sengaja menambah bumbu-bumbu petualangan sebelum 15 menit kemudian kami sampai di tempat parkir pick up yang siap membawa kami turun ke pasar cisurupan. 

Perjalanan singkat yang cukup berkesan, cukup mengobati rasa kangen akan suasana gunung yang menenangkan. Menenangkan dikala dia diam mengumpulkan energi, mengerikan dikala dia melepaskan energi..Apalagi Februari kemarin gunung berapi di Indonesia lagi banyak yang sahut-sahutan aktif, dari Sinabung dengan erupsi yang panjang, Kelud dengan letusan yang Dashyat dan Gunung Slamet yang mulai batuk-batuk menarik perhatian. 
Teman-Teman Pendaki Papandayan Trip
Apapun tantangannya, seorang pendaki tetap kangen dan terpanggil untuk menjelajah tempat dimana dia seharusnya bermain :)

"Climb Mountains Not So The World Can See You, But So You Can See The World"              - McCullough -


Live Your Dream and Share Your Passion !!!

4 komentar:

  1. Banyak foto akuh, hehehe..

    ternyata kalo bisa editing foto bisa buat catper lebih menarik lagi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Mas Catur…..

      hahaha Kece kan dirimu banyak foto nya di Catper ku ini Mas hihihi...

      Hapus
  2. Denger2 edelweis itu gak boleh di petik/bawa pulang ya ?
    Watch movie HD
    Watch movie online

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello Alexa, Yes indeed, Edelweis nya hanya boleh dipandang dan dikagumi aja...walaupun dibilang bunga abadi dan ga akan layu di simpan oleh kita, tapi akan lbh cantik kalau Dia memang ada di habitat nya dan ngumpul ama tmn2 nya hehehe...

      Hapus

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...