Selasa, 09 September 2014

#3 Bali Ancient Village : Desa Cantik Itu Desa Penglipuran, Bangli

Siapa yang sering nonton FTV di SCTV ayo acung tangan ? Hehe, aku salah satunya juga, dulu pas masih jaman anak kostan. Pulang kerja ga ngapain-ngapain, ya nonton toh. Nah, paling seneng kalau lokasi syuting nya di Bali. Sambil nonton sambil bisa berkangen ria dan nostalgia jejak-jejak yang pernah ditinggalkan. Apalagi kalau pas lokasi nya adalah tempat yang pernah dikunjungi…Haduh, bisa sambil nonton sambil cerita ke sepupu 1 kamar gimana suasana disana, bagaimana perjuangan aku dulu nyampe kesananya. Soalnya, pertama kali ke Bali berdua sama teman kostan, kami bergaya backpacker banget. Demi target jangan sampe melewati budget yang sudah kami patok, kebanyakan transportasi yang kami pake adalah motor haha. 

Pencapaian terbesar dengan motor yang sampai sekarang paling berkesan buatku ketika perjalanan kami dari Kuta ke Danau Batur, yang sudah masuk daerah Kintamani nan jauh di utara Bali sana. Pake mobil aja berasa jauhnya, apalagi naik motor. Tapi seru banget. Bisa berkeliling naik motor ke Bali apalagi ke arah Bali utara melewati Ubud dan sekitarnya memang salah satu impian yang ingin aku lakukan. Karena itu ketika kesampean, perjalanan itu yang paling mengesankan, selain memang panorama di sekitar Danau Batur juga keren. Bahkan dulu kami sampe nyebrang ke desa Trunyan. Ahh..jadi kebawa nostalgia panjang kan hehehe. Sepertinya tar perlu nulis cerita pertama kali ke Bali dalam tulisan terpisah :) Pasti bakal bawel banget haha, pengalaman yang seru dengan banyak tempat yang berhasil didatangi, apalagi dengan total 10 hari ngebolang di Bali dan sampai ke Pulau Lombok juga. 

Ok, kembali ke pertanyaan FTV tadi. Nah, kalau sering nonton FTV yang lokasinya pas di Bali, kadang sering syutingnya di sebuah desa cantik yang rapi, tenang, dan tidak ada kendaraan bermotor satupun yang lewat. Akupun dibuat penasaran dimana desa itu, begitu eksklusif sekali. Ternyata Desa cantik itu bernama Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, masih satu Kabupaten dengan Danau Batur. 

Berhubung hari ini hari Sabtu, kami punya waktu seharian penuh keluyuran, dan sengaja juga flight balik jakarta untuk business trip ini dibuat besok :) Berapa kali pun ke Bali, selalu rasanya ga cukup-cukup waktu yang ada. Kami mulai petualangan menuju Bali Utara, target utama menuju Desa Penglipuran. Dari Hotel All Seasons - Denpasar, dimana kami menginap, take time sekitar 1.5 jam perjalanan. 

Menyusuri jalanan pedesaan menuju Bangli, terlihat potret kehidupan rakyat Bali masih banyak yang asli. Daerah yang masih jauh dari sentuhan modernisasi yang pelan-pelan mulai menjajah tanah Bali. Semoga masih terjaga seperti ini terus, karena menurutku walaupun di satu sisi yang menarik dari Bali selain kemewahan yang memukau lewat Hotel, Resort, Beach Club yang keren-keren, namun magnet utama Bali adalah budaya dan tradisi masyarakatnya yang masih kental dan mengakar. 

Rumah-rumah yang kami lalui masih dengan gaya khas Bali, ada pura kecil di depan rumah dengan ornamen painting merah kuning keemasan. Beberapa tempat terlihat ada aktifitas keagamaan. Ehm, Perayaan agama sudah menjadi bagian kehidupan keseharian masyarakat Bali. Banyak ritual yang mereka lakukan, kalau dihitung-hitung biaya 1 hari untuk beli barang-barang sesajian saja sudah berapa duit. Kata orang asli Bali yang kebetulan nyopirin kami, walaupun 1 bulan untuk biaya sesajian lumayan costly, tapi diakuin kalau rejeki yang diberikan berimbang juga. Sang Hyang Widhi memang Maha Adil. 
Welcome Greeting
Memasuki kawasan Desa Penglipuran, berasa asri banget. Hawanya sejuk dan segar karena berada di dataran tinggi dan dekat dengan pegunungan Gunung Agung dan Gunung Batur. Desa nya ga terlalu gede, jalanannya bebas dari kendaraan bermotor. Pondasi jalannya bukan dari aspal seperti biasanya tapi dari batu alam. Kiri kanan jalan ditumbuhi bunga-bunga yang tertata dengan baik, bayangkan indah nya tempat ini. Model rumahnya sama semua dengan pagar berbentuk gapura yang hanya muat untuk 1 orang. 
Desa Penglipuran, Bagian Bawah
View dari Desa Bagian Bawah ke Arah Pura
Tiap Gapura yang disebut "Angko-Angko" ini terpasang papan kecil yang berisi informasi siapa kepala keluarganya, dan berapa jumlah anggota keluarga. Ehm…Jadi kalau lagi ngincar gadis Penglipuran, tau nama Bapaknya aja jadi lebih gampang cari tau rumah nya yak hahaha. 1 Pintu Gapura bisa berisi lebih dari 1 rumah dan kepala keluarga didalamnya. 
Pertama, Kami mengarah ke bagian desa yang paling tinggi dulu, yang ditempati oleh sebuah Pura dengan nama Pura Penataran. Kami sih ga sampe masuk ke dalam Pura, intip-intip dari luar sudah cukup karena tidak terlihat begitu special. Dari luar Pura nya terlihat ga terawat karena dinding Pura dibiarkan aja tumbuh lumut ijo imut-imut hihi. 
Pura Penataran atau dikenal juga dengan Pura Bale Agung
Sayangnya kami ga explore hutan bambu dibelakang Pura yang tenyata luas lho, ada 75 hektar. Siapa tau kan duplikatnya Bamboo Forest yang di Kyoto Japan hehe. Kalau baca di internet sih Hutan Bambu Bangli lumayan bagus juga. Petunjuk menuju Hutan Bambu pun kelihatan dekat Pura, cuma waktu itu ga tau aja bagus. Pelan-pelan kami mulai menjelajahi desa ini, aku kepo rumah yang manakah sering dipakai syuting. Iseng tanya ke gadis-gadis kecil pas lagi berpapasan, eh mereka kagak tau..Haizz. 

Beberapa ibu-ibu mencoba menawarkan kami masuk dari dalam angko-angko tapi kami masih bingung mau masuk rumah yang mana. Tau sih kalau sudah disuruh masuk, tar ga enak lagi ga beli barang dagangannya. Karena sudah menjadi desa wisata dan banyak pengunjung baik luar maupun dalam negeri datang ke desa ini, jadi dimanfaatkan oleh Ibu-ibu desa menjual souvenir seperti kerajinan maupun baju. Selain itu ada juga beberapa rumah merangkap sebagai warung juga, jadi jangan khawatir kalau lagi disini eh tiba-tiba lapar :)

Kami akhirnya memutuskan masuk ke salah satu angko-angko. Penataan ruang dan tata letak bangunan disini tidak sembarangan, maksudku sengaja di desain dan diatur sesuai dengan Filosofi Hindu. Memperhitungkan dimana letak gunung dan matahari terbit. Gunung sangat diagungkan karena masyarakat Bali percaya Gunung adalah sumber kehidupan. Dan mereka percaya harus tercipta keharmonisan antara Tuhan, Alam dan Manusia (Tri Hita Karana) sebagai penyebab kebahagiaan. 
Pura Pribadi nya Bagus..
Anyway, begitu masuk ruang pertama adalah pura pribadi, kebetulan pura nya bagus dan terawat. Setelah itu rumah kecil yang berfungsi sebagai dapur dan masih terbuat dari bambu. Ternyata kami tidak salah pilih, bale-bale yang menjadi ruang berikutnya ini bagus sekali. Fotogenik sekali ketika kami mulai centil bergaya di bale-bale dengan background Patung seorang Dewa (ngak tau nama Dewanya hehe). 
Keren yak Bale-Balenya…Hayo ada yang tau Dewa Siapakah yang di Belakang ? *Leave Comment if You Know :)
Walau Bale-Bale dan Rumahnya Bagus, Tapi ini Sudah Bukan Rumah Asli. Rumah Asli Desa Penglipuran Terbuat dari Bambu
Menghargai ibu yang jualan dirumah ini, aku pun membeli minuman khas Penglipuran. Namanya Loloh Cem-Cem. Dari luar penampakan minuman ini berwarna hijau tua dengan irisan kelapa di dalamnya. Aku langsung icip dulu sedikit. Ehm..rasanya enak juga, asem-asem seger gimana gitu dan diujung lidah ada rasa pedas dikit. 
Konstur Tanah yang Berundak-Undak
Karena desanya ga gede, selanjutnya kami menyusuri desa bagian bawah. Konstur tanah disini berundak-undak, penataan jalanan dan rumah pun menyesuaikan dengan bentuk tanah. Mayoritas penduduknya menopang hidup dengan kegiatan bertani dan berkebun. Terlihat 2 orang Kakek dan Nenek baru balik dari berkebun dengan daun pisang diatas kepala masing-masing, mereka terlihat begitu sederhana dan tidak terganggu dengan kehadiran kami. 
Potret Kehidupan di Desa Ini. 
Potret Lain Keseharian Masyarakat Bali, Seorang Kakek yang Baru Balik Berdoa dari Pura Penataran. 
Kakek, Foto dulu ya sama Cucu hehehe. 
Kehidupan disini terasa lambat, sungguh suatu tempat yang memberi kedamaian. Jauh dari ambisi, jauh dari hiruk pikuk dunia modern, dekat dan lebih menyatu ke alam dan Sang Pencipta. Itulah inti kehidupan yang mereka jalani, hidup penuh keselarasan antara jiwa dan hati, dengan tetap memegang teguh warisan tradisi dari para leluhur. Mungkin tinggal lebih lama ditempat ini, bukan hanya sekedar mampir dan menikmati suasananya sebentar aja, akan membuat kita lebih mengenal Bali sesungguhnya. Semoga selalu terjaga dan tetap exist. 
Di tengah Sedang Narsis, Ga Sadar Kalau Nenek di Belakang Lagi Khusuk Berdoa :( dan Temanku yang Fotoin juga Ga Nge :) Padahal Moment yang Bagus untuk Fotoin Neneknya. 
Atap Rumah Desa Penglipuran, Suka Dengan Ukiran Mahkota Emasnya…Mengingatkan Kembali Masa 
Kejayaan Majapahit :)
Related Post :

7 komentar:

  1. WOW keren banget, baru sadar di bali ada desa cantik eperti itu, bersih lagi,,,Bangli ya namanya sist?

    paket meeting di bali
    hotel di jimbaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi…Iya Sis/Bro di daerah Bangli :) Desa Penglipuran.

      Hapus
  2. Mbak ini motretnya waktu pagi2 ya? Kok momennya pas banget banyak orang berlalu lalang mau sembahyang.

    BalasHapus
  3. Hi Mas/Mbak,
    Ga pagi malah, aku cek di Timestamp di foto galery saya, sekitar jam 12an siang Mas hohoho..Pas mgk lagi jam nya Sembayang mungkin :)

    BalasHapus
  4. kalau ada trisula disalah satu tangannya sepertinya itu patung DEWA SIWA dech P:)

    BalasHapus
  5. Dari kuta ke desa ini naik motor berapa lama ka ??? Trus akses jalannya landai atau flat aja ...

    BalasHapus
  6. Pabrik Batu Alam
    Jual Batu Alam harga pabrik murah, berkualitas dan terpercaya
    Batu alam andesit
    Batu alam palimanan
    Batu alam candi
    Batu alam Templek
    dan masih banyak lagi

    Salam,
    Batu Alam Cirebon

    BalasHapus

Chapter #3, Beautiful Rinjani : Day 2 - Duka Lara dan Nikmat Menuju Plawangan Sembalun

Hari ini akan menjadi hari penuh tantangan. Bukit Penyesalan yang sudah ku dengar jauh hari akan menjadi ujian berat untuk kaki ku. Na...