Hoamm...Selamat Pagi dari Desa Sembalun..Rasa excited
berhasil mengalahkan rasa ngantuk pagi ini, tapi tetap aja kami ngaret hehe.
Harusnya jam 4 pagi kami sudah mulai jalan, tapi akhirnya ngaret 1 jam. Kami
berlima sudah dengan perlengkapan siap perang. Gaiter sudah terpasang rapi di
kaki untuk menghalang pasir masuk ke sepatu atau binatang kecil yang bisa
menyusup ke celana. Headlamp pun siap di kepala.
Udara pagi begitu segar, hawa dingin masih menyergap
tubuh. Kami mulai menyusuri melewati perkarangan penduduk dan perkebunan
mereka. Tanah pun masih basah petanda tanah masih dilingkupi embun pagi.
Sebentar saja kami sudah masuk area Padang. Di tengah kegelapan, langkah kaki
harus benar-benar diperhatikan. Awas soalnya banyak ranjau kotoran kerbau :)
Karena masih dekat dengan rumah penduduk, Padang ini adalah tempat bermain dan
makan para kerbo.
2 teman porter sudah jauh di depan, tinggal Mas Fikri
yang sabar mengimbangi langkah imut kaki kami yang masih mencoba mencari ritme.
Walaupun napas terengah-engah tapi karena udara fresh banget, jadi ga terlalu
berat, recovery pun cepat. Mas Fikri menunjuk ke sebuah dataran tinggi, di
paling atas nya terlihat kelap kelip sinar terang seperti cahaya bintang.
Ternyata sudah Gunung Rinjani, dan cahaya-cahaya itu adalah sinar senter para
pendaki yang sedang summit attack. Woww…Aku semakin termotivasi. Aku berharap
besok malam aku pun ada di salah satu pendaki di atas sana.
|
We are Ready... |
|
Jam 6, Semburat Pagi Baru Menghiasi Desa Sembalun |
Jam 6 kami istirahat sebentar di atas bukit sebelum
memasuki hutan kecil. Di waktu yang sama semburat merah kekuningan baru
menghiasi langit pagi. Rinjani pun mulai terlihat megah di depan mata. Kalau
kemarin sore dia misterius dalam pekat nya kabut, pagi ini Rinjani terlihat
menantang kami yang masih di bawah kakinya ini. Jalan lebih pagi memang
lebih menguntungkan melewati Padang Savana Sembalun.
|
Hello…Pagi.. |
Karena Padang, jadi
otomatis tidak ada penghalang tabir surya. Kita harus tahan dengan panasnya
mentari yang langsung menerpa tubuh. Kita hanya melewati sedikit hutan sebelum
berjumpa dengan luasnya Padang.
|
Ijo Royo-Royo Padang Savana Sembalun |
Padang Savana membentang begitu luas, menampilkan
tekstur bergelombang dengan diisi rumput-rumput ilalang dari hijau, kuning dan
kemerahan. Kami berjalan mengikuti jalan setapak yang sudah
ada. Karena pemandangannya indah, trek yang perlahan-lahan namun pasti
terasa berat tidak begitu menggangu. Cuaca cerah menyuguhi langit biru menambah
bonus untuk foto-foto.
|
Cerah abis dan Pemandangan nya Keren… |
|
"Mendaki, Melintas Bukit..Berjalan Letih Menahan Beban Berat "- Mahameru Lirik |
Aku pun rela kadang harus tertinggal jauh dari
teman-teman dan kemudian perlu berlari untuk mengejar ketinggalan. Buatku tidak
masalah capek sedikit walaupun napas masih terengah-engah dan disaat yang
bersamaan aku harus jepret-jepret moment indah sepanjang jalan. Aku tidak mau
menyesal karena melewatkan kenangan dan pemandangan yang jarang-jarang bisa
kutemui ini.
|
Togetherness yang ada |
|
The Best View I Have Been There |
|
Istirahat Sejenak Sambil Memberi Ruang Untuk Napas Diisi Hawa Pegunungan Nan Sejuk Ini |
|
Our Shadow Painted on Grass, Cool Right ?!! |
2 jam berjalan akhirnya baru sampai Pos 1, Pos
Pemantuan. Bayangkan kami baru di ketinggian 1,300 mdpl. Baru di sepertiga dari
ketinggian puncak Gunung Rinjani. Di Pos 1 kami beristirahat. Bersama kami ada
juga pendaki lain yang sedang merapikan tenda untuk siap-siap melanjutkan
perjalanan. Semalam mereka menginap di pos 1.
|
Pos 1- Pos Pemantuan, 1,300 Mdpl |
Mengenai plan kami hari ini, mau ngecap dimana kami
pun masih galau. Pilihannya antara ngecamp di Pos 3 dulu atau langsung bablas
ke Plawangan Sembalun. Kalau sampai di pos 3 aja memang lebih santai, tengah
hari juga kemungkinan sudah sampai pos 3. Kalau sampai bablas ke Plawangan
Sembalun kami harus melewati 7 bukit penyesalan dulu, ini yang berat. Perlu
waktu 5 - 6 jam lagi dari Pos 3 ke Plawangan Sembalun, dan trek nya luar biasa
menantang. Biarlah kaki, dengkul dan fisik yang akan menentukan sejauh
mana kami sanggup hari ini ;)
|
Little Paradise on Earth. Playing Ground of Dewi Anjani |
|
Kelakuan Di Gunung Sudah Ga Kepikiran Kalau Hamparan Ilalang ini Bisa Banyak Ularrr Hiiiii |
Di pos 1 ada 2 pondok yang bisa dipake. Disini juga
ada MCK nya, tapi pasti percaya d ga akan ada yang mau masuk hahahhaa. Dari
Pos1 bisa kelihatan batas daratan sisi timur Pulau Lombok yang bertemu dengan
Selat Alas, Laut yang memisahkan Lombok dengan Pulau Sumbawa diseberang sana.
Waktu masih terbilang pagi, baru sekitar jam 8 pagi. Tapi matahari sudah mulai
terasa sengatannya. Kami pun mulai melanjutkan ke Pos 2, seharusnya ga akan
makan waktu lama karena dari Pos 1 ini Pos 2 juga sudah terlihat
penampakannya.
|
Dari Pos 1 Kelihatan Batas Daratan Lombok Timur dan Selat Alas |
|
Pos 2 Terlihat di Kejauhan - Damai Dibawah Kaki Bukit-Bukit Teletubies ala Rinjani |
Masih menelusuri jalan setapak dengan ilalang yang
kadang tingginya hampir setinggi aku. 45 menit kemudian ahaiii sudah sampai di
Pos 2 Tengengean. Perut pun sudah mengirimkan signal kalau perlu segera diisi
dengan yang berat hehe. Pagi tadi memang sarapannya hanya energen, wajar kalau
sekarang sudah kelaparan dengan tenaga yang banyak terkuras.
|
Ilalangnya Tinggi-Tingi dan Jalan Setapak nya Kadang Sempit |
|
How Small We Are Here |
Di Pos 2 banyak pendaki lain yang sedang istirahat baik baru sampai tadi pagi maupun mereka yang bermalam. Disini kita bisa menyiapkan sarapan pagi karena ada sumber air.
|
Pos 2 - Tengengean |
|
Mata Air Pos 2 Dibawah Jembatan ini |
|
Capek…haha.. |
Banyak pendaki dengan bawaan segambreng dan tanpa
porter. Terutama yang cowok ya, pasti tas nya menjulang melebihi kepala. Ehm
terlihat macho d dengan cariel gede begitu hihi. Coba kalau belum merit, pasti
udah pacaran sama anak gunung nih aku hahaa. Pasti seru tiap weekend ngabur
berdua dan tiba-tiba uda ngecamp diatas gunung dalam balutan dinginnya kabut
dan angin pegunungan hahaha *ilusi…….
Well, Mas Fikri dengan sigap menyiapkan spageti
dengan bumbu bolognaise yang dicampur dengan kornet..Wanginya semeriwing kebawa
angin mengundang rasa lapar semakin menjadi-jadi. Sekejab aja ga berbekas lagi
:) Ludessss...
|
Menunggu Masakan Mas Fikri…Slurrppp |
Begini enaknya kalau pake porter. Pake porter itu
istilahnya kita trekking manja. Pasti mereka uda sampe duluan, uda persiapan
menyiapkan makanan, nge tag tempat untuk istirahat dan pasang tenda. Kita yang
tertinggal jauh dibelakang, pas nyampe uda bisa langsung makan dan istirahat.
Coba kalau ga pake porter pasti rempong, mana sumber air kadang jauh dari
tenda seperti di Plawangan Sembalun. Mau masak mesti ambil air dulu.
Memang sih ujung-ujung nya dana, kalau ada dana
lebih, better pake porter untuk trek rinjani yang jauh dan melelahkan itu.
Jadi kita lebih fokus menikmati alam tanpa terbebani bawaan. You will thank a
lot for them service later ;) Mas Fikri sendiri sudah 50an kali bolak
balik Rinjani selama jadi porter. Dia juga ga hanya membawa turis lokal seperti
kami, tapi juga dapat pesanan dari turis mancanegara. Katanya dia punya kenalan
agent di luar negeri yang buka trip Rinjani, jadi Mas Fikri yang membantu
akomodasi selama di Rinjani.
|
Mas Fikri - Head of our Porters - I am so Thankful for His Service |
Berjalan menuju Pos 3 kabut mulai turun menemani
kami. Datang disaat yang tepat dimana matahari mulai merayap diatas kepala.
Trek nya pun mulai menanjak dan kami sudah memasuki area punggung perbukitan.
Mendekati Pos 3 setelah melewati jembatan, Mas Fikri membawa kami ke jalur
dibawah jembatan. Jalur ini kurang ada yang tau kelihatannya, karena cuma kami
yang lewat sedangkan pendaki lain tetap melanjutkan perjalanan mengikuti jalan
setapak di atas.
|
Kabut Turun Menemani Para Pendaki |
|
Rehat Cantik :) |
|
Setelah Padang, ketemu Hutan, Tapi Hutan nya Bukan Hutan Lebat. Jalur Lahar Dingin dibawah Jembatan Yang Di Depan |
Jalur berbatu ini ternyata jalur nya lahar dingin.
Batuannya agak licin jadi perlu hati-hati. Mas Fikri membawa kami lewat jalur
ini ternyata ga jauh di atasnya adalah posisi kami nenda. Lokasi camp kami
eksklusif sekali, di tengah lembah dan hanya 2 tenda kami doank. Selain itu
sumber air hanya berjarak 20 meter saja hoho. Sumber airnya unik, terjebak di
dalam pasir, jadi tinggal dikeruk kira-kira 30 cm sudah ada airnya. Karena
sumber air di sekitaran Pos 3 hanya di dekat kami ini, jadi sampai malam banyak
yang mondar mandir ambil air.
|
Jalur Lahar Dingin Rinjani |
|
Begini Penampakan Sumber Mata Air di Pos 3. Bentuk Kekuatan Alam dimana Air bisa Terperangkap dalam Pasir dan Airnya Bisa Diminum Lagi... |
Sore itu setelah makan siang dan mau mencoba untuk
sekedar memejamkan mata sejenak pun tidak bisa, aku iseng sendirian menyusuri
jalur lahar dingin tadi. Ujungnya ternyata berakhir di sebuah jurang. Karena
sendiri, aku juga ga berani berdiri terlalu dekat dengan bibir jurangnya, takut
kepleset dan ga ada bala bantuan:) Mana suasana nya berasa sedikit serem
buatku, saya takut diculik penunggu Rinjani hahaha. Suasana dekat jurang juga
berkabut jadi bikin spooky. Cepat-cepat jalan balik lagi ke tenda :p
|
Diakhiri dengan Jurang Menganga Di Ujung Jalur Lahar Dingin |
Kabut datang dan pergi menutup hutan dan tubuh
Rinjani. Kala kabut berlari ke tempat lain, Rinjani jelas sekali penampakannya
dari tenda kami. Seakan dia berbisik, bahwa perjalananku belum seberapa, kami masih di ketinggian 1,800 mdpl, yang berarti baru setengah perjalanan. Besok salah satu yang terberat.
|
Rinjani Sesekali Menampakkan Diri Dalam Suasana Sore. Kupandangi Dirimu Dari Jarak Jauh, Berharap Diberi Kesempatan Untuk Lebih Dekat :) |
Kalau di gunung, malam terasa lama sekali waktunya.
Salah satunya karena kebingungan mau ngapain. Kami mengobrol diluar tenda
sambil bermain kartu. Melihat langit dipenuhi ribuan bintang dan Milky Way
melintang di atas Puncak Rinjani membuat ku dan temanku Happy mencoba untuk
mengabadikan moment tersebut. Kami sibuk mencoba settingan kamera untuk
mendapatkan settingan yang tepat. Agak kesulitan ambil moment dengan low light
begini tanpa tripod. Akhirnya, walaupun tidak sempurna Milky Way yang terpotret
tapi cukup puas lah, Ribuan bintang tumpah ruah dalam frame :)
|
Sky Full of Stars, Soft Milky Way Seen From Pos 3 |
Udah bingung mau ngapain lagi, jam 9 malam akhirnya
mulai masuk tenda dan siap-siap menyimpan tenaga untuk besok melewati trek 7
Bukit Penyesalan yang fenomenal itu :) Good Night Universe and Dewi
Anjani..
Rinjani memang serpihan surga yang jatuh di muka bumi, beruntung banget udah pernah kesana, ci..
BalasHapusIya Mas Catur, beruntung banget bisa dapat kesempatan kesana dengan teman2 seperjuangan yang juga pada bisa :) Dirimu sudah boleh plan kesana mas secara gunung2 di Jawa sudah dirambah semua :)
BalasHapuscukup satu kata "Menakjubkan" :o
BalasHapusDownload film subtitle indonesia
Download film subtitle english
Sebagai orang lombok sangat bangga dengan pulau sendiri yg banyak menyuguhkan destinasi wisata yg indah..ayo ke lombok kawan
BalasHapus